Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Juni 2016

Lady in White*



Semua hal menghilang bersama waktu,tapi ada beberapa yang menembus dimensi dan bertahan…
     
      Alic masih menatap kaca berembun di samping tubuhnya,dengan mata kosong dan sembab.ia berpaling,mencari tau bagaimana cara memiliki waktu lebih lama dengan peeta yang mati bersama tabrakan besar di tengah kota londen kemarin sore,di senja mereka yang entah keberapa.empat tahun setelah mereka bersama dan hari dimana peeta berlari untuk menyebrang menemui alic,bermaksud memasangkan cincin pertunangan mereka.
   Alic terisak,mengusap air mata yag jatuh di pipinya,apapun itu,apapun yang lic lihat,peeta selalu disana,peeta selalu ada di dandelion di halaman rumah mereka,peeta ada di pantulang kaca,bahkan lic selalu melihat bayangan peeta duduk disamping bayangan nya.
   Setelah berjam jam melihat jalanan kota dari lantai dua,melihat musim panas yang dingin untuk lic,ia beranjak,melangkah menjauh menatap sarapan dan makan siangnya yang bahkan tidak dapat ia sentuh,tidak sabar menunggu malam datang,untuk mengembalikan peetanya.
    Lic duduk menghadap jendela di kamarnya,matanya masih kosong ketika menatap bunga calona di dalam gelas bening di atas meja,mengingat peeta dan matahari terbit,lic selalu suka matahari terbit jadi peeta membawakan bunga calona yang kuning untuk lic setiap kali mereka bertemu.
      Setelah pemakaman tadi pagi,lis tidak ingin siapapun datang menemaninya,ia ingin sendirian,seperti tidak ada yang terjadi,hanya beberapa menit lagi sampai matahari terbenam membuat bayangan bayangan bangunan besar menaungi gang gang dan jalan jalan londen.
“senang melihat matahari terbenam kali ini peeta”.
     lic membersihkan air mata di pipinya,masih duduk di ujung ranjang,mengamati matahari yang mulai turun dan menghilang,gelap,lif untuk yang pertama kalinya setelah peeta pergi,tersenyum tipis pada bayangan nya yang menghilang,gelap.
     hampir jam setengah 12 malam ketika akhirnya lif mencari lilin di laci mejanya,menyalakannya,menerangi seluruh ruangan,lampu lampu kecil diatas langit langit rumah bergemercik kecil.
    Lic melangkah lambat,hampir terhuyung huyung masuk kedalam kamar mandi,membuka nya cepat,membuat bunyi benda jatuh,matanya masih sama,kosong dan hampir tak terjangkau.ia meletakan lilin merah di tengah tengah kaca kamar mandi,memadamkannya dengan sekali tiupan,membuat kamar mandi sesak karna gelap.
      Lima kali lic menghidup matikan lampu kamar mandi memanggil manggi  Lady in White lalu berputar putar sambil terisak dan terengah,megikuti jarum jam yang berdetak nyaring di luar kamar mandi. berputar hingga terjatuh di lantai kamar mandi,berkali kali memanggil peeta nya,berulang kali mengucapkan bahwa dia mencinta peeta,berulang kali ingin peeta kembali,dengan sosok apapun.tapi semuanya jelas,tidak ada yang bisa berubah.malam itu di lantai kamar mandi yang dingin lic memeluk lututnya,menyembunyikan wajahnya yang sembab.membiarkan tubuhnyayang bergetar bersandar pada dinding kamar mandi,lalu terhabyut,berbaring melingkar seperti bayi dalam rahim,diam ketika kelelahan,tau bahwa peeta tidak akan pernah bisa kembali.
…………………
 “kau selalu melewatkan matahari terbit alic”.
     Suara itu yang membangunkan lic,matanya yang memerah perlahan terbuka,mengamati jendela besar yang membuat horden melayang layang terkena angin.lic mengangkat kepalanya yang berat,mencari seseorang yang berbisik ditelinganya,tapi kosong,tidak ada siapapun,hanya jendela terbuka dan matahari yang sudah tinggi.
      lic mengamati seprai putih di bawah tubuhnya,mengamati dua bantal yang berdampingan,mengingat dengan jelas dimana ia tertidur dan dimana ia terbangun.
     Untuk hari ini,lis menagis lagi,melihat bantal berelif kepala seseorang,ia meraba bantal itu,meraba seprainya dan seketika tau bau harum disana.lic tau tadi malam peeta kembali,menemaninya sepanjang malam.
    Untuk hari ini,sekali ini saja,lic kembali terisak.
   The end       
     * permainan Lady in White dipercaya bisa memanggil arwah orang yang di  rindukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar