Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Maret 2017

FONOLOGI UNSUR SUPRASEGMENTAL DAN SILABEL



FONOLOGI
UNSUR SUPRASEGMENTAL DAN SILABEL
Dosen : Noor Cahaya,M.Pd.






DISUSUN OLEH :
-         Herlina Sri Damayanti      (1610116320012)
-         Heryanny Nur Syachrida (1610116320013)
-         Lia Fitriani                         (1610116320016)
-         Maulia Eka Saputri          (1610116320020)


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BANJARMASIN 2017

UNSUR SUPRAMENTAL
Pada bagian terdahulu sudah disebut bahwa arus ujar merupakan suatu runtutan bunyi yang sambung-bersambung, terus-menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau agak singkat disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendak bunyi, panjang pendek bunyi, dan sebagainya. Dalam arus ujar itu ada bunyi segmental yang dapat disegmentasikan dan unsur suprasegmental yang tidak dapat disegmentasikan. Bunyi suprasegmental ialah bunyi yang  menunjang pemaknaan bunyi segmental .
1.      Tekanan
Tekanan atau stres menyangkut masalah  keras lemahnya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan sdengan arus udara yang tidak kuat, srhingga amplitudonya menyempit pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis; mungkin jua telah berpola mungkin juga bersifat artinya dapat dapat membedakan makna ; tapi mungkin juga tidak distingtif.
Dalam bahasa indonesia tekanan tidak “berperan”pada tingkatan fonemis, melainkan berperan pada tingkat sintaksis, karena dapat membedakan makna kalimat.sebagai contoh kalau kalimat “dia menangkapayam itu”. Kalau tekanan diberikan pada kata dia, maka berarti yang menangkap ayam itu adalah dia, dan bukan orang lain. Kalau tekanan di berikan pada kata menangkap, maka berarti yang dilakukan adalah menangkap, bukan menyembelih atau pembuatan lain. Kalau tekanan diberikan pada  kata ayam, maka berarti yang ditangkap adalah ayam, bukan kambing atau bintang lain. Kalau tekanan diberikan pada kata itu, maka berarti yang ditangkap adalah ayam itu bukan ayam ini.
2.      Nada
Nada atau pich berkenaan dengan tinggi rendhnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getarn tang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi.sebaliknya yang diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, twntu kan disertai juga dengan nada rendah.
      Dalam bahasa total seperti bahasa thai dan bahasa vietnam, nada sifat fonemis, artinya dapat dibedakan makna kata. Dalam bahasa Tonal,  bisanya dikenal adanya lima macam nada yaitu:
a.       Nada naik atau meninggi yang biasanya diberi tanda garis ke atasa ( ̸ ).
b.      Nada datar yang biasanya dib eri tanda garis lurus mendatar (  ̅  ).
c.       Nada turun atau nada rendah yang biasanya diberi tanda garis menurun ( \ )
d.      Nada turun n aik   yakni ada yang merendah  lalu meninggi, biasanya diberi tanda vsebagai ( ۷ )
e.       Nada naik turun yaitu nada yang meninggi lalu merendah,  biasabya diberi garis tanda garis (۸)
Sama halnya dengan tekanan, dalam bahasa indonesia nada juga tidak” bekerja” pada tingkat fonemis, melaikan “berkerja” pada tingkat sintaksis, karena dapt membedakan makna kalimat. Variasi nada yang menyertai unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi, yang biasanya  dibedakan menjadi empat, yaitu:
            Nada rendah, ditandai dengan angka 1
            Nada sedang ditandai dengan angka 2
            Nada tinggi, ditandai dengan angka  3
            Nada sangat tinggi, ditandai dengan angka 4
Selain itu intinasi tertentu yang diberikan pada akhir klausa dapat menentukan modus kalimat
JEDA DAN PERSENDIAN
 jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam  arus ujaran.disebut jeda karena adanya hentian itu,dan disebut persendian karena ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara dua segmen ujaran. jeda ini dapat bersifat penuh atau bersifat sementara.biasanya dibedakan adanya sendi dalam atau (Internal Juncture)  dan sendi luar (Open Juncture).
            sendi dalam menunjukan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain.sendi dalam  ini yang menjadi batas silabel biasanya di tandai dengan (+).
contoh :
[am+bil]
[lak+sa+na]
[ke+le+la+war]
 sendi luar menunjukan batas yang lebih besar dari silabel.dalam hal ini biasanya dibedakan adanya :
a.jeda antara kata dalam frase,ditandai dengan garis miring tunggal (/)
b.jeda anatra frase dalam klausa,ditandai dengan garis silang ganda (#)
            Tekanan dan jeda dalam bahasa  Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda dapat mengubah makna kalimat.
contoh :
# buku // sejarah / baru #
#buku / sejarah // baru #
             kalimat pertama bermakna “buku mengenai sejarah baru”; sedangkan kalimat kedua bermakna “buku baru mengenai sejarah”;
4. durasi
Durasi berkaitan dengan  masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu bunyi di ucapkan.tanda untuk bunyi panjang adalah titik dua disebelah kanan bunyi yang di ucapkan (…t); atau tanda garis kecil diatas bunyi segmental yang di ucapkan (-). Dalam bahasa indonesia durasi ini tidak bersifat fonemis tidak dapat membedakan makna kata;tetapi dalam beberapa bahasa lain seperti bahasa arab,unsur durasi bersifat fonemis.

SILABEL ATAU SUKU KATA
            Silabel atau suku kata adalah satuan  ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran.Satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vocal,atau satu konsonan atau lebih.Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang bisanya jatuh pada sebuah bunyi vocal.kenyaringan dan sonoritas,yang menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang (resonansi) berupa rongga mulut,rongga hidung, atau rongga rongga lain di dalam kepala atau dada.
            Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi itu adalah bunyi vokal,dan bukan bunyi konsonan.kerena itu,yang dapat disebut bunyi silabis atau puncak silabis adalah bunyi vocal.umpamanya,kata Indonesia [dan].kata itu terjadi dari bunyi [d],bunyi [a],dan bunyi [n].bunyi [d] dan bunyi [n] adalah bunyi konsonan,sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vocal.bunyi [a] pada kata [dan] itu menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan sebab bunyi vocal ketika di produksi mempunyai ruang resonansi  yang lebih besar.secara relatif ketiga bunyi yang membentuk kata [dan].
            kemungkinan urutan bunyi konsonan-vokal dalam silabel disebut  fonotaktik.Bunyi konsonan yang berada sebelum vocal (yang menjadi puncak kenyaringan disebut onset (O) dan konsonan yang hadir sesudah vocal disebut koda,sedangkan vokalnya sendiri disebut nuklus.sejauh ini urutan vocal (v) dan konsonan (K) yang ada dalam bahasa indonesia adalah :
1.V,                             seperti [i]                     pada kata [i+ni]
2.KV,                          seperti [la]                   pada kata [la+ut]
3.VK,                          seperti [am]                 pada kata [am+bil]
4.KVK                        seperti [but]                 pada kata [se+but]     
5.KKV                        seperti [kla]                 pada kata [kla+sik]
6.KKVK                     seperti [trak]                pada kata [trak+tor]
7.KVKK                     seperti [teks]                pada kata [kon+teks]
8.KKKV                     seperti [stra]                pada kata [stra+te+gi]
9.KKVKK                  seperti [pleks]              pada kata [kom+pleks]
10.KKKVK                seperti [struk]              pada kata [struk+tur]
11.VKK                      seperti [eks]                 pada kata [eks+por]
·         Banyak kata yang berasal dari bahasa asing , dan memiliki pola silabel di mana dua buah konsonan beruntun, maka di antara kedua konsonan itu diselipkan bunyi [ә]. Misalnya, kata [klas] menjadi [kәlas], kata [praktek] menjadi [pe + rak tek], dan kata [administrasi] menjadi [ad + mi + nis + te + ra + si]. Dengan penyisipan bunyi [ә] itu, maka polanya menjadi pola silabel asli bahasa Indonesia.

·         Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang memiliki pola silabel KV dimana V diisi oleh bunyi [ә], seringkali bunyi [ә] itu ditanggalkan. Kata [kәlapa] yang silabelnya [kә], [la], dan [pa] sering dilafalkan menjadi [klapa].

·         Menentukan batas silabel sebuah kata kadang-kadang agak sukar, misalnya kata [makan]. Silabelnya ialah [ma], [kan], kata [makanan] silabelnya adalah [ma], [ka], dan [nan]. Bunyi [n] yang menjadi koda pada silabel [kan] pada kata [makanan]. Secara ortografi, menurut ketentuan ejaan bahasa Indonesia silabelnya adalah [ma + kan + an]. Contoh lain kata [bundar] dan [k prok] secara fonetis bersilabel [bu + ndar] dan [kә + prok], tetapi secara ortografis bersilabel < bun + dar > dan < kep + rok>. Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang beruntunan disebut interlude.

·         Bunyi diftong sudah diperhitungkan sebagai sebuah bunyi, karena cirinya lebih dekat kepada vokal, maka harus dianggap sebagai sebuah vokal (V).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar