MAKALAH
ANALISIS ASPEK-ASPEK
PUISI “PADA SUATU HARI NANTI”
KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Dosen
Pengampu: Ahsani Taqwiem, M.Pd
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BANJARMASIN 2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya Juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
melimpahkan segala taufik dan hidayah-Nya, hingga kita semua bisa keluar dari
alam kegelapan menuju alan yang terang menderang serta mengenal ilmu
pengetahuan.Sehingga Makalah berjudul “Analisis Aspek-Aspek Puisi Pada Suatu
Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono” ,ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah dapat disusun hingga selesai bukan atas usaha
saya sendiri,ada berbagai pihak yang memberikan dukungan,oleh karena itu saya
ucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengampu: Ahsani Taqwiem, M.Pd. Juga
teman teman yang sudah mendukung penyusunan makalah ini.
Akhir kata,saya berharap makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan mengenai aspek aspek puisi “pada suatu hari nanti
karya Sapardi Djoko Damono”, bukan hanya untuk diri saya sendiri tapi juga
semua orang.
Banjarmasin,
5 Juni 2017
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Puisi sebagai salah satu karya sastra
dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya
sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi
merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto
(dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi
perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi
yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak
diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa
pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.
Salah satu hal yang penting untuk
menganalis sebuah puisi adalah mengetahui aspek-aspek puisi itu
sendiri,aspek-aspek puisi terbagi menjadi unsur intrinsik dan ekstrinsik.yang
keduanya akan mempengaruhi makna dalam sebuah puisi.
Setiap orang memiliki sudut pandang yang
berbeda terhadap suatu puisi,makna suatu puisi dapat berbeda tergantung pada
bagaimana pembaca melihat puisi dan aspek-aspek itu sendiri.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Unsur apa saya yang termasuk Aspek Fisik dan Aspek Batin
2. Bagaimana Analisis Terhadap Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya
Sapardi Djoko Damono dengan Aspek Fisik dan Aspek Batin
C.TUJUAN
1.
Mengetahui saya yang termasuk Aspek Fisik dan Aspek Batin
2.
Menganalis Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djiko Damono
BAB II
PEMBAHASAN
Pada suatu hari nanti
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Karya : Sapardi Djoko Damono
A. Aspek Batin
- Tifografi
Pada puisi `pada suatu hari
nanti` karya Sapardi Djoko Damono,tipografi yang ditampilkan adalah bentuk
ratakiri dan lurus bawah.Puisi itu diberi wajah yangsederhana untuk memperkuat
makna yangdisampaikan, yaitu tentang.Tipografi puisi diatas dibentuk oleh tiga
bait,yang mana jumlah baris tiap bait berbeda-beda.Pada bait pertama, terdiri
atas empat baris yangmana tiap baris mempunyai jumlah kata yangberbeda sehingga
menimbulkan tampilan yangtidak rata kana-kiri melainkan hanya rata kirisaja.
Pada bait kedua terdiri atas dua baris yangdisusun sama seperti bait
sebelumnya. Baitketiga terdiri atas dua baris. Bait ketiga,keempat, dan kelima,
masing-masing terdiri atasempat baris yang disusun sama seperti baitsebelumnya.Antara
bait satu dan yang lainnyan diberi jeda (spasi). Hal itu sebagai
penandaperpindahan bait. Karena mungkin setiap baitmengandung makna yang
terpisah.Jumlah baris dalam satu bait berbedabeda.
Demikan juga jumlah kata dalam satu baris jugaberbeda-beda.Hal
itu menimbulkan panjangpendeknya tampilan baris.Walaupun baris dibuatrata kiri,
namun sebelah kanan terlihat tidakrata (berberaturan). Penampilan yang
semacamitu tidak akan membuat pembaca atau penikmatpuisi bosan.
- Diksi
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan
nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya
imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 :59).
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang. Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang. Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.
- Majas
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa kiasan yang
mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran
menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Bahasa figuratif atau majas terdiri
dari perbandingan, metafora, perumpamaan epos, dan personifikasi.
Pada puisi ini hanya terdapat majas metafora.Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan.Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Yaitu pada bait I, II, dan III :
I
Pada puisi ini hanya terdapat majas metafora.Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan.Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Yaitu pada bait I, II, dan III :
I
Tapi dalam bait-bait sajak
ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau takkan kurelakan sendiri
II
Tapi di antara larik-larik
sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Kau akan tetap kusiasati
III
Namun di sela-sela huruf
sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Kau takkan letih-letihnya kucari
Pada kata-kata tersebut
menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu dengan larik, bait
dalam saja
· Citraan
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu kata atau kelompok
kata yang digunakan untuk mennggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam
jiwa pembaca.
- Imajeri Pandang
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari
- Imajeri Dengar
Suaraku tak terdengar lagi
- Imajeri Rasa
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusisati
Kau akan tetap kusisati
- Verifikasi
1) Rima
Rima adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi, unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi, dan juga rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
Rima adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi, unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi, dan juga rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
- Ritme
Ritme adalah pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi. Pada puisi ini ritma terdapat pada bait I, II, dan III yaitu pengulangan klausa “Pada suatu hari nanti”. - Kata Konkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara
denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan
kondisi pemakainya. Atau dengan kata lain, kata-kata itu
dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti
pengimajian, kata yang dikongkretkan juga erat hubungannya dengan penggunaan
kiasan dan lambing,Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
Namun di sela-sela huruf
sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Kau takkan letih-letihnya kucari
Penyair mengiaskan bahwa kehidupan itu disamakan dengan
sela-sela huruf pada kata-kata dalam sajak, yang penyair tak lelah atau letih
mencari tujuannya.
B.
Struktur Fisik
- Amanat
Puisi ini secara garis besar berisi tentang harapan-harapan
dan keyakinan dari seorang penulis agar kenangan akan dirinya dan
karya-karyanya tidak dilupakan oleh waktu dan tetap dibaca oleh semua orang.
Sapardi bermaksud memberitahu bahwa pada akhirnya semua manusia akan
meninggalkan dunia ini, dan perlahan-lahan akan dilupakan oleh orang lain, dan
akhirnya seluruh dunia melupakan mereka yang telah wafat. Seorang manusia
mungkin hanyalah debu bagi alam semesta ini, tapi setidaknya, bagi seorang
penulis karya sastra, mereka tetap dapat dikenang dan berada di dunia ini
dengan karya-karya sastra yang mereka hasilkan.
- Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair pada puisi ini adalah
lembut dan hal karena ia menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti ia tidak ada,
tapi karya-karyanya aka selalu ada menemani para pembaca.
- Perasaan
Perasaan adalah suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus
dihayati oleh pembaca. Pada puisi ini, penyair merasa sedih karena pada suatu
hari nanti ia akan meninggalkan sosok Kau pada puisi ini yang bisa berarti
pembaca, tetapi ia pun senang karena walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi
ia tetap menemani dan keberadaannya itu digantikan oleh larik-larik sajak dan
kenangan indah semasa hidup.
·
Tema
Tema adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita.Puisi
Pada Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono mempunyai tema kesetiaan.
Kesetian terhadap Kau yang bisa berarti pembaca, walaupun Aku dalam puisi ini
tidak ada, tetapi dia akan tetap setia ada bagi pembaca.
· Makna Puisi
Dalam puisi Pada Suatu Hari Nanti mengungkapkan keabadian
tersebut dengan sangat sederhana mulai dari bait pertama hingga bait ketiga
tidak ada yang berubah tentang tema keabadian.
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-I)
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-I)
Di baris pertama, menjelaskan sesuatu yang akan terjadi di
masa depan. Apa yang terjadi di masa depan itu dijelaskan “Jasadku tak akan
ada lagi”. Kehidupan ini dikiaskan dengan kata “jasadku”
dilanjutkan dengan keterangan “tak akan ada lagi” artinya sesuatu yang
tak akan kembali. Jadi baris ke-2 menjelaskan tentang kematian.Pada baris
ke-3 dan ke-4 dijelaskan bahwa penulis tidak merelakan kehidupannya terhenti
hanya dikarenakan sebuah kematian (takkan kurelakan sendiri), untuk itu penulis
menyelipkan kehidupannya di dalam setiap “bait-bait sajak” yang dapat diartikan
sebuah karya sastra. Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II)
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II)
Pada di bait kedua dijelaskan bahwa kehidupan tidak
akan terhenti hanya dikarenakan kematian. “pada suatu hari nanti” yang
menyatakan sesuatu yang masih akan datang. Di baris kedua “suaraku tak
terdengar lagi” di bait kedua ini kehidupan dikiaskan dengan kata “suara”.
Kehidupan di sini lebih pada tanda kehidupan yang berupa emosi, suara hati, dan
apapun yang
bersifat kebatinan. “tak terdengar lagi” yang berarti
suara (kehidupan) tadi sudah tidak lagi bisa dirasakan oleh indera, yang
berarti kematian.Kemudian di baris ke-3 dan ke-4 pada bait kedua,
tapi di antara larik-larik
sajak ini
kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II, baris ke-3&4)
kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II, baris ke-3&4)
Menegaskan pengecualian atau penentangan terhadap kematian
tersebut, dengan meletakkan kehidupannya dalam setiap “larik-larik sajak”.
Di baris ke-4 “kau akan tetap kusiasati” maksudnya yaitu melakukan apapun agar
kehidupan tetap hidup dalam karya-karyanya hingga orang-orang yang mencintainya
akan selalu merasakan kehadiran jiwa penulis walaupun penulis kelak sudah
tiada.
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III)
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III)
Baris pertama masih sama, “Pada suatu hari nanti”
menjelaskan tentang apa yang kelak akan terjadi. Pada baris ke-2 “impianku
pun tak dikenal lagi” kehidupan disini dilambangkan dengan kata ”impian”.
Maksudnya tanda kehidupan yang ditegaskan di sini adalah yang berbentuk
keinginan, hasrat, cita-cita. Pada bait “tak dikenal lagi”,
maksudnya manusia tanpa sebuah mimpi sama saja dengan mati.Di baris ke-3 dan
ke-4,
Namun disela-sela huruf
sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III, baris ke-3&4)
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III, baris ke-3&4)
Menjelaskan bahwa walaupun impiannya (kehidupan) tadi sudah
tidak dikenal, namun penulis tetap mencarinya dan berusaha agar kehidupannnya
kekal di dalam “sela-sela huruf sajak” yang merupakan kiasan dari karya-karyanya.
Biografi Penyair
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir 20 Maret 1940 di
Surakarta) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka.Ia dikenal dari berbagai
puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di
antaranya sangat populer.Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Pada masa ini ia
sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya
menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang bahasa Inggris di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas
Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah
pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa
tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam”.
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan.Pada tahun
1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award.Ia juga penerima penghargaan
Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan
Lontar.Karya-karya Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai sekarang telah ada delapan
kumpulan puisinya yang diterbitkan.Ia tidak saja menulis puisi, tetapi juga
menerjemahkan berbagai karya asing, menulis esei, serta menulis sejumlah
kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang
mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada
undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si
Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.Kepopuleran puisi-puisi ini
sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya.Yang terkenal terutama adalah oleh
Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”).Ananda Sukarlan pada
tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.Berikut adalah
karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
v Kumpulan Puisi/Prosa
1. “Duka-Mu Abadi”, Bandung (1969)
2. “Lelaki Tua dan Laut” (1973; terjemahan karya Ernest
Hemingway)
3. “Mata Pisau” (1974)
4. “Sepilihan Sajak George Seferis” (1975; terjemahan
karya George Seferis)
5. “Puisi Klasik Cina” (1976; terjemahan)
6. “Lirik Klasik Parsi” (1977; terjemahan)
7. “Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak” (1982, Pustaka Jaya)
8. “Perahu Kertas” (1983)
9. “Sihir Hujan” (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di
Malaysia)
10. “Water Color Poems” (1986;
translated by J.H. McGlynn)
11. “Suddenly the night: the
poetry of Sapardi Djoko Damono” (1988; translated by J.H. McGlynn)
12. “Afrika yang Resah (1988;
terjemahan)
13. “Mendorong Jack Kuntikunti:
Sepilihan Sajak dari Australia” (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan
bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
14. “Hujan Bulan Juni” (1994)
15. “Black Magic Rain”
(translated by Harry G Aveling)
16. “Arloji” (1998)
17. “Ayat-ayat Api” (2000)
18. “Pengarang Telah Mati”
(2001; kumpulan cerpen)
19. “Mata Jendela” (2002)
(8)
20. “Ada Berita Apa hari ini,
Den Sastro?” (2002)
21. “Membunuh Orang Gila” (2003;
kumpulan cerpen)
22. “Nona Koelit Koetjing
:Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an – 1910an)” (2005; salah
seorang penyusun)
23. “Mantra Orang Jawa” (2005;
puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
vMusikalisasi Puisi
- Musikalisasi puisi karya SDD sebetulnya bukan karyanya sendiri, tetapi ia terlibat di dalamnya.
- Album “Hujan Bulan Juni” (1990) dari duet Reda dan Ari Malibu.
- Album “Hujan Dalam Komposisi” (1996) dari duet Reda dan Ari.
- Album “Gadis Kecil” dari duet Dua Ibu
- Album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu
- satu lagu dari “Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti”, berjudul Aku Ingin, diambil dari sajaknya dengan judul sama, digarap bersama Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana, dibawakan oleh Ratna Octaviani.Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD.
v Buku
- “Sastra Lisan Indonesia” (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
- “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan”
- “Dimensi Mistik dalam Islam” (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis.
- Pustaka Firdaus
- “Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia” (2004), salah seorang penulis.
- “Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas” (1978).
- “Politik ideologi dan sastra hibrida” (1999).
- “Pegangan Penelitian Sastra Bandingan” (2005).
- “Babad Tanah Jawi” (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Aspek puisi terbagi menjadi dua yaitu internal dan ekstrnal.unsur internal
terdiri dari Tifografi,Diksi,Majas,Amanat,Verifikasi,Nada,Perasaan,Tema dan
Kata Konkret sementara Unsur-unsur Ekstrinsik sendiri terbagi menjadi Biografi
Penyair dan Makna Puisi
Menurut analisis dengan aspek-aspek tersebut ,puisi pada
suatu hari nanti karya sapardi djoko damono dapat dimaknai Puisi ini secara
garis besar berisi tentang harapan-harapan dan keyakinan dari seorang penulis
agar kenangan akan dirinya dan karya-karyanya tidak dilupakan oleh waktu dan
tetap dibaca oleh semua orang. Sapardi bermaksud memberitahu bahwa pada
akhirnya semua manusia akan meninggalkan dunia ini, dan perlahan-lahan akan
dilupakan oleh orang lain, dan akhirnya seluruh dunia melupakan mereka yang
telah wafat. Seorang manusia mungkin hanyalah debu bagi alam semesta ini, tapi
setidaknya, bagi seorang penulis karya sastra, mereka tetap dapat dikenang dan
berada di dunia ini dengan karya-karya sastra yang mereka hasilkan.
Puisi pada suatu hari nanti karya sapardi djoko damono adalah puisi yang cukup
inspiratif bagi para pembaca dan bagi para penulis, karena puisi ini memberikan
makna mengenai semangat untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu yang dapat
membuat manusia tetap dikenang dan diingat oleh orang-orang, memberikan arti
untuk selalu bersungguh-sungguh dan janganlah membuang-membuang waktu agar
tidak menjadi seseorang yang hanya sekedar menjalani hidup saja, tanpa
menghasilkan sesuatu yang membuat kehidupan menjadi bermakna.
B. SARAN
Sebuah puisi dapat dimaknai dengan banyak sudut pandang dan setiap orang
memiliki sudut pandang yang bereda beda,hendaknya kita dapat lebih bijak
menyikapi perbedaan pendapat tersebut karena salah satu bahasa yang digunakan
dalam puisi sendiri adalah bahasa yang bermakna konotatif atau mempunyai arti
yang kias,yang berarti setaip orang memiliki pemikiran baik itu berasal dari
pengalamannta terhadap suatu kata maupun terhadap kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djiko. 2012. Pengkajian
Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Gani, Erizal. 2014. Kiat Pembacaan
Puisi. Bandung : Pustaka Reka Cipta.
Wardarita, Ratu. Kajian Bahasa dan
Sastra Indonesia: Yogyakarta : Almatera
Sopandi. 2010. Memahami Puisi.
Bogor : PT. Quadra.
Sumber Internet :
https://beamingnotes.com/2016/08/29/analisis-puisi-pada-suatu-hari-nanti-karya-sapardi-djoko-damono/