miracles love
Aku pergi,karna aku tidak ingin
kita saling menyakiti
2010…
suara indah dari tuas tuas piano beradu
dengan detakan jemariku,tangan ku mempilin sisa kain satin yang melilit tubuhku,jantung
ku berdetak bersama jemari yang ku pertemukan dengan meja bundar yang
melingkar,sesekali ku tegakan kepalaku,menatap seseorang yang duduk tegak
menghadap ayah,sesuatu berdesir di dadaku.
Aku melihatnya menarik nafas saat akhirnya
ia mulai mengangguk,sesuatu yang sangat kutunggu,tapi perlahan ia menarik
bangkunya,menatap ku sebentar dengan tatapan yang tak bisa ku mengerti.
“aku tak punya
pilihan,jadi ku mohon jangan bertanya dan membuat ku berbohong”.
Ia berdiri tegak,menatap kami yang
melingkari meja dengan hambar,matanya yang tajam menatap tepat di
mataku,tersenyum semu dan berbalik,melangkah cepat keluar dari ruangan ini,aku
menunduk,dan mulai mengerti sesuatu yang kutakutkan benar benar terjadi,sebisa
ku mengangkat kepalaku dan tersenyum,menepikan perasaan ku yang luka,aku
memejamkan mataku,menatap orang orang yang mengelilingin meja ini.
“aku baik baik saja”.
Sebisaku menahan desakan di
mataku,tersenyum pada ayah dan ibuku,juga orang tua calon suamiku,aku berbalik
dan perlahan melangkah kekamarku,mengunci hati ku untuk terus merasa
sakit,cinta akan datang karna terbiasa.
…………….
Cahaya matahari senja menerobos sisi altar
saat kami menghadap pastor,matahari keemasan dengan tanah bekas hujan,kain kain
satin seputih salju melayang layang di terpa angin,kaki ku layu saat ia mulai
membuka kain tipis di depan wajahku,ku genggam erat baju pengantin putih yang
terseret di lantai,seikat bungan terjatuh saat bibir nya mengecup bibirku,cepat
sekali,tapi itu seperti mimpi.
Aku menatap balkon dengan hamparan hutan
crimson yang menua,dari balik horden biru laut yang tertiup angin aku mendengar
seseorang mendekat,ia menghela nafas sebelum melepas tuksido nya,berbaring di
seprai merah marun yang lembut,ia bahkan tak menatap mataku,satu lagi sisi
dalam diriku terasa tercabik.
Pagi itu saat hujan mulai turun lagi,ku
letakan secangkir kopi hangat di meja samping ranjang kami,ia menatap ku dengan
matanya yang sayu,menarik selimut dan menatap uap aup kopi itu,mata nya tajam
membuat ku tertunduk,perlahan aku melangkah mundur,menutup pintu kamar
kami,kamar ku dan kamarnya,entah sudah yang keberapa kali,tapi sesuatu teriris
didadaku,aku melorot di sisi pintu,terisak disana.
Malam itu aku menunggu nya
pulang,hampir jam setengah satu,ku rebahkan tubuh ku yang lelah di sofa ruang tamu,mata
ku menerawang menatap langit langit ruangan,mengembalikan ku pada masa lalu
kami,aku bukan siapa siapa untuk nya dan seperti nya begitulah selamanya,ia
mencinta seseorang,seseorang…yang tak punya sedikitpun perbedaan fisik dengan ku,mereka
bersama setelah kerja sama bisnis orang tua kami,selalu seperti itu,sampai
suatu hari,aku mendengar orang itu pergi,meninggalkan nya,seminggu sebelum
mereka menikah,kemana ?,hanya tuhan dan kaka kembar ku yang tau kemana dia
pergi.
dia tak punya pilihan untuk tetap
mempertahan kan hubungan itu,kasar nya,dia terpaksa menikahiku,semua nya untuk
kehormatan marga nya,tuhan tau,betapa aku tidak ingin terjebak dalam sekenerio
besar ini,menyakiti diri ku sendiri,tapi hanya tuhan juga yang tau betapa aku
sangat mencintainya,sebesar apapun dia menyakitiku.
Cahaya bulan yang redup masuk lewat sela
sela jendela,perlahan mata ku yang sembab penuh air mata terpejam,ke suatu
dunia,satu satunya dunia dimana aku bisa merasa tenang.
Pagi itu setelah semalaman aku
menunggunya,aku bangun saat bau bunga musim semi melayang layang di udara,tubuh
ku terasa kaku ku gerakan,aku melangkah lambat ke kamar,suara bersin bercampur
dengan umpatan,disana aku melihatnya menutup tubuhnya dengan selimut,nyaman
dengan seprai lembut kamar kami.aku melangkah mendekat dengan ragu,duduk disisi
ranjang,menatap wajah angkuhnya yang tenggelam karna selimut.
“kau alergi bunga”.
Tak ada jawaban,karna aku memang tidak
membutuhkan itu,aku melangkah lambat ke dapur,kembali dengan teh hangat dan
beberapa butir obat,ku letakan di samping meja didekat tubuhnya,ia
berbalik,memunggungiku,rasa sakit itu kembali,tapi hanya sebentar perlahan aku
menjauh,menjauh dari kamar ini,menjauh dari seseorang yang ingin ku benci
ketika aku sangat mencintainya.
Aku duduk di sofa,menatap layar datar
yang mengulang adegan adegan romantisme,tapi hanya sebentar mata ku
buyar,kosong,di belakang tubuh ku aku mendengar suara berdesakan dari hidung,ia
melangkah lambat,duduk disampingku.
“bagaimana keadaan mu”.
Aku memaninkan remot tv tanpa menatapnya.
“sedikit lebih baik”.
Ini lah kata kata pertama yang dia ucapkan
dengan lembut setelah berbulan bulan kami tinggal bersama.rasa rasa itu
kembali,memuncak setiap kami aku merasa tak bisa membencinya.aku diam tak lagi
ingin memulai pembicaraan.ku tarik nafas ku panjang,aku hanyaa ingin mengatakan
aku lelah,benar benar lelah,kadang aku takut rasa cinta sebesar yang kumiliki
perlahn lahan terkikis hingga menghilang tak bersisa.aku berdiri,dan aku tau
ekor matanya mengikutiku,tanpa bicara aku melangkah masuk kedalam kamar,tanpa
menatapnya lagi,tanpa bertanya ini itu tentang hidupnya,berlaku sekaan aku
istri yang dia akui,aku lelah,aku takut rasa cinta itu menghilang.
Rerumputan kecil lagi,jejeran crimson
lagi,bungan daffodit lagi,itu lah yang kulihat berbulan bulan saat di tidak
dirumah,entah kemana,bekerja,atau mungkin mencari sesuatu di luar sana.tubuh ku
yang lelah ku rebahkan di seprai yang biasa ia pakai sendiri saat aku menunggunya
berjam jam,ia bahkan tak merasa aku ada di luar kamar menunggu nya di sofa
ruang tamu,dia adalah dunia nya dan aku adalah duniaku,sekeras apapun aku masuk kedunia itu,aku akan tetap tidak
mengerti.
suara engsel berunyi lembut,ia menunduk
saat aku menatapnya,nafas ku memburu mengetahui bahwa semuanya belum selesai,ia
mendekat,dan aku merasa nafas ku tercekat,butir butir air mata mengalir di sela
sela pipiku,aku mulai terisak,ini pertama kami setelah berbulan bulan tinggal
denganya,aku menangis di depannya,ini yang pertama kalinya.
Tak ada suara,ia diam dan aku juga begitu,kasur
tertekan sebentar saat ia berbarik di sampingku,bau harum parfum nya menyeruak,membuat
isakan ku bertambah nyaring,hari ini,aku ingin melepaskan semuanya,aku lelah
dan tidak pernah selelah ini.
“kim lee ae…kau baik
baik saja”.
Suara itu yang ku tunggu lama sekali,sampai
aku lupa pernah menunggunya,ku buka lembaran lembaran menyedikan setelah dia
datang kehidupku,mencinta kaka kembarku dan bahkan tak pernah melihatku,menikahiku
dan bahkan tak pernah memegang jemariku setelah menyentuhku.dan saat rasa sakit
itu menyeruak dia bertanya.”kau baik baik saja”.
Aku diam,harum dari crimson dan dafodit
bercampur masuk lewat balkon yang terbuka lebar,selama yang aku bisa aku
menahannya.tapi mungkin ada saat dimana semuanya menjadi berbeda.
“aku merindukan kim ae lee”.
Bahu ku bergetar,mulut ku kututup dengan
telapak tangan ku,perlahan aku berbalik menatap wajah orang itu,lama sekali,aku
merasa mata kubahkan tidak berkedip,ku sentuh pipinya yang lembut,tangan ku
bergetar mengetahui bahwa bukan aku orang yang dia cintai,harus nya aku tidak
mencoba.ku dekatkan bibir ku ketelinganya.
“lee dong hae…maaf
sudah menyakitimu”.
Bahu ku bergetar lagi,perlahan aku
beranjak,entah untuk yang sudah keberapa kalinya,aku melangkah pergi,menutup
pintu kamar,melorot di sisi pintu dan terisak,tapi kali ini,aku merasa dunia
meninggalkan ku,kaki ku layu seakan tidak berdiri di gravitasi yang benar.kami
sama sama sedang menyakiti,setidanya aku menyakiti dua oang sekaligus,menyakiti
diri ku sendiri dan menyakiti orang yang sangat ku cintai,ya… sampai hari ini.
………….
di airport
incheon,aku duduk sendirian menunggu pesawat ku terbang,aku melirik jam besar
yang terpajang,beberapa menit lagi
sampai aku benar benar pergi dari tempat ini,ku eratkan jaket ku,menunduk agar
air mataku tak terlihat,embun embun bekas hujan melapisi kaca bandara,betapa
semuanya terasa sangat berat untukku dan aku tau dari awal aku memang harus
menghentikan ini semua.
Sepatu plet merah muda ku ku gesek gseka
ke lantai marmer bandara,aku tau bahu ku terguncang saat aku terisak lagi,aku
tak membawa apapun kecuali dompet dan jaket yang ku pakai,dan aku ragu akan
kemana ku harus pergi setelah ini,terkadang aku bertanya pada tuhan,apakan yang
kukira sesuatu yang terbaik untukku adalah sesuatu yang dia tentang.mengetahui
keadaan ku sekarang aku merasa hati ku berbohong saat memilih jalan ini,aku
terisak lagi.
“lee ae… kim lee ae,kau kah itu”.
Suara lembut itu seperti de javu untukku,perlahan ku usap
mataku,kuangkat wajahku,dan seseorang yang sangat kukenali menatapku
nanar,tubuhku seakan mati.
“ada apa dengan mu?...apa yang
kau lakukan disini”.
Ia masih menatapku,matanya mulai berair saat meraih pundakku,memeluk
tubuhku,dan aku tau sesuatu seperti baru saja tuhan berikan.
“kau belum menjawabku,kenapa kau
disini dan apa yang kau lakukan disini …. kim lee ae”.
Aku menatap matanya,dan aku tau aku sangat
merindukannya,melihatnya membuatku merasa seseorang sudah membuat dunia ku
kembali,ku tegakan kepalaku,ku usap sisa sisa tangisan ku tadi.
“aku akan pergi … ae lee”.
“apa yang kau bicarakan,ini tidak
semudah yang kau fikirkan”.
Aku menatap wajah itu
lagi,bunyi suara lembut menggema di bandara,5 menit lagi sampai pesawat itu
berangkat,sekali lagi ku peluk tubuhnya,kemana pun dia ssaat itu,mengapa dia
pergi,apa yang terjadi pada hidupnya selama ini,semuanya adalah sesuatu yang
akan ku ketahui nanti,tapi mungkin bukan saat ini,ku genggam tangan nya yang
lembut,sekali lagi aku menatap matanya,tersenyum untuk meyakinkannya bahwa aku
baik baik saja,dan ku bisikan sesuatu yang terasa seberat batu di telinganya.
“kembalilah untuk dong
hae,kumohon”.
………………...
Diantara jejeran anggur yang terlantar dan
jalan setapak yang berkelok aku dapat merasakan kehangatan,berpuluh puluh
kilometer dari rumahku di sepuluh derajat yang dingin.dengan gerbang desa
berukir ayam jantan,bangunan bangunan dengan desain individu dari 1840an. di
pekarangannya aku dapat melihat dengan jelas pohon pohon willow,bangku bangku
batu dan jejeran dafodit dipiggir pagar peternakan,dan disalah satu rumah
itulah aku akan tinggal.
Seorang perempan muda yang vamiliar wajahnya mendekat padaku,menatap mataku dan
memelukku,dialah satu satunya orang yang mendengarkan ku berbulan bulan
ini,yang setia membalas email emailku,wajah eropa nya pertama kali ku lihat di
seminar satu tahun yang lalu,matanya yang lembut seperti mengenggam hati ku,di
didepannya aku tersenyum dan jauh dalam jiwa ku senyum itu juga mulai kurasakan.
Anna meninggalkan ku beberapa menit yang
lalu dibelakang rumahnya,ia bilang aku butuh waktu sendirian,dan itulah yang
terjadi.dari ilalang yang melayang layang dan membelai belai tubuhku aku dapat
merasakan sesuatu berbeda,air sungai beriak di depanku,jernih sejernih
kaca,perlahan aku membelai perutku,seseorang berada disana dan menuntutku untuk
mencintainya,sekali lagi aku terisak,berbulan bulan merasakan dadaku sesak dan
hari ini aku merasa haru,seperti gejolak gejolak lembut yang membiarkan
tangisan ku memudar karna senyum,angin menerpa ku lagi menerbangkan helaian
helaian rambutku,aku akan tetap mencintainya,setidanya mencintai sesuatu yang
ia tanamkan di rahimku.
…………………
2014
Anna menikah satu bulan yang lalu dan
tinggal di rumah suaminya,sekarang hanya tinggal aku,kaka anna dan lee yeo jin,bibi annanya memanggil nya aiden.aku
dapat melihatnya tertidur di ranjang kayu oak
dengan seprai yang lembut.ku sentuh pipinya yang hangat dan aku merasa
seperti terlempar kemasa lalu,melihat mata kecoklatannya dan kulit putih
susunya,aku dapat merasakan hati nya yang dalam merindukan kota besar berpuluh
puluh kilometer dari rumah ini,menyadari hal itu membuat ku kembali mejadi lee ae muda
yang rapuh.
Cahaya matahari sore masuk lewat sela sela
jendela dan pintu yang ku buka ,aku duduk di kursi kayu,aku tau mata ku
menerawang. Masa lalu ku adalah sesautu yang tak pernah berakhir,jika banyak
orang mengatakan bahwa ketakutan adalah sesuatu
yang terjadi karna masa depan maka yang terjadi padaku adalah masa lalu yang
membuat ku takut,melihat sesuatu yang terjadi di masa lalu adalah melihat
lubang di hatiku,dan lubang itu tidak pernah tertutup,tidak pernah menghilang.
Aku hampir beranjak ketika cahaya
keemasa itu tertutup bayangan gelap,bayangan itu berdiri tegak di tembok ruman
ini,aku tercekat,perlahan berbalik,menatap seseorang yang berdiri di antara
pintu dan rerumputan pekarangan.
Nafasku seakan beradu,udara melayang layang
di dadaku,aku merasakan dorongan kuat untuk menuntup pintu tapi sesuatu seperti
membuat kaki ku melangkah mendekat kedepan pintu dan berhadapan dengan nya,aku
dapat meliahat sorot mata itu jauh lebih teduh dari sebelumnya,dingin membekukan
mata kami,aku mempersilahkannya duduk,ia masih menatap ku ketika aku mulai
bicara.
“lama tidak bertemu,bagaimana
keadaan mu?”.
Ia diam,matanya masih menatap
mataku,saat ku bilang akan membuat secangkir teh ia mulai bicara,ia bilang Ia
mencariku kemana mana,menunggu ku pulang dan segalanya yang tak pernah ku
fikirkan akan kami bicarakan saat kami bertemu.otakku berputar dan hati ku
beradu,tapi sayang sesuatu seperti tak bersisa yang ku rasakan adalah aku
merindukan seseorang tapi bukan dia.
“bagaimana kabar ae lee”.
Aku menatap matanya,ia menunduk seakan sesuatu membuat nya ingin
berhenti bicara.
“dia sudah menikah”.
Aku diam,dan semakin tidak mengerti.
“bukan dengan ku,hari itu dia
pulang untuk menyampaikan tanggal pernikahan nya,seseorang yang menjawab
pertanyaan ku kenapa dia pergi begitu saja”
Aku tertegun,masih menatap wajah itu.
“dia bertemu seorang wanita dan
orang itulah yang mengantar nya kealtar”.
Dada ku sesak,dan aku tau aku menggeleng tak percaya,bukan ini yang
ingin ku dengar sekarang,aku ingin mereka hidup bahagia dan hanya menengokku
sebentar saja.
“apa kau tidak merindukan seoul”.
Aku tersenyum,mengamati wajahnya,angin dari
luar menerpa wajahku.
“tentu,aku sangat merindukan
seoul dan orang tua ku”.
Saat aku mengangkat wajahku dan menatap
matanya ,aku menemukan sesuatu yang tak dapat kujelaskan.hanya sebentar mata
itu kemudian menatap ranjang kayu oak beberapa meter dari ruang tamu,tempat
seorang laki laki kecil hampir empat tahun berbaring nyaman.
“aku hanya ingin kita kembali”.
Aku tercekat dan membeku,tapi dadaku tidak
berdetak kencang,tak ada yang berbeda saat aku betemu orang ini kecuali aku
merasa merindukannya sebagai seorang teman.
“dia …. Anakku?”.
Aku mengagguk lambat,ia beranjak dari
kursi,aku tau kaki layunya terasa berat melangkah untuk mendekat,dan saat hanya
beberapa langkah lagi,tangisan lembut yang biasa ku dengar pecah,bunyi langkah
kaki pelan yang semakin lama semakin kencang terdengar bersamaan,dan saat donghae
akan mengangkat tubuh itu seseorang terlebih dulu mengangkatnya,merangkul tubuh
kecil itu,bernyanyi pelan dengan bahasa inggris yang lembut,membelai belai
rambut anakku,lalu mengamati wajah ku dan wajah donghae bergantian,senyum
hangat nya ku balas tipis,perlahan ia letakan lagi lee yao jing ke
ranjangnya,dengan cepat ia angkat tangan nya untuk menyalami donghae.
“aku peters suami lee ae,laki laki muda ini anak ku,tumbuh
dengan cepat,lee ae pasti sangat senang teman nya datang kerumah ini”.
Dong hae membeku,menatap ku minta
penjelasan,tapi kurasa ia tak lagi membutuhkan itu,andai kata kata yang dia
ucapkan hari ini ia ucapkan bertahun tahun yang lalu, maka takan berat untukku tetap tinggal.tapi semua sudah berbeda,benar
benar berbeda,tidak ada lagi yang tertinggal kecuali aku takut menemui orang
tua ku untuk mengatakan ini semua,mata donghae berkaca ketika langkah nya
perlahan mundur,menutup cahaya matahari keemasan di pintu.
“lee donghae,maaf sudah
menyakitimu”.
End
20-10-14
Merkur 37C - Merkur 38C - Deccasino
BalasHapusMerkur 38C. Merkur 37C Double Edge Safety Razor Merkur 38C. The 1xbet Merkur 34C is a classic deccasino safety razor with 바카라 a slimmer handle. It has a knurled handle, short handle and $56.90 · In stock