Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Maret 2017

FONOLOGI UNSUR SUPRASEGMENTAL DAN SILABEL



FONOLOGI
UNSUR SUPRASEGMENTAL DAN SILABEL
Dosen : Noor Cahaya,M.Pd.






DISUSUN OLEH :
-         Herlina Sri Damayanti      (1610116320012)
-         Heryanny Nur Syachrida (1610116320013)
-         Lia Fitriani                         (1610116320016)
-         Maulia Eka Saputri          (1610116320020)


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BANJARMASIN 2017

UNSUR SUPRAMENTAL
Pada bagian terdahulu sudah disebut bahwa arus ujar merupakan suatu runtutan bunyi yang sambung-bersambung, terus-menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau agak singkat disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendak bunyi, panjang pendek bunyi, dan sebagainya. Dalam arus ujar itu ada bunyi segmental yang dapat disegmentasikan dan unsur suprasegmental yang tidak dapat disegmentasikan. Bunyi suprasegmental ialah bunyi yang  menunjang pemaknaan bunyi segmental .
1.      Tekanan
Tekanan atau stres menyangkut masalah  keras lemahnya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan sdengan arus udara yang tidak kuat, srhingga amplitudonya menyempit pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis; mungkin jua telah berpola mungkin juga bersifat artinya dapat dapat membedakan makna ; tapi mungkin juga tidak distingtif.
Dalam bahasa indonesia tekanan tidak “berperan”pada tingkatan fonemis, melainkan berperan pada tingkat sintaksis, karena dapat membedakan makna kalimat.sebagai contoh kalau kalimat “dia menangkapayam itu”. Kalau tekanan diberikan pada kata dia, maka berarti yang menangkap ayam itu adalah dia, dan bukan orang lain. Kalau tekanan di berikan pada kata menangkap, maka berarti yang dilakukan adalah menangkap, bukan menyembelih atau pembuatan lain. Kalau tekanan diberikan pada  kata ayam, maka berarti yang ditangkap adalah ayam, bukan kambing atau bintang lain. Kalau tekanan diberikan pada kata itu, maka berarti yang ditangkap adalah ayam itu bukan ayam ini.
2.      Nada
Nada atau pich berkenaan dengan tinggi rendhnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getarn tang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi.sebaliknya yang diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, twntu kan disertai juga dengan nada rendah.
      Dalam bahasa total seperti bahasa thai dan bahasa vietnam, nada sifat fonemis, artinya dapat dibedakan makna kata. Dalam bahasa Tonal,  bisanya dikenal adanya lima macam nada yaitu:
a.       Nada naik atau meninggi yang biasanya diberi tanda garis ke atasa ( ̸ ).
b.      Nada datar yang biasanya dib eri tanda garis lurus mendatar (  ̅  ).
c.       Nada turun atau nada rendah yang biasanya diberi tanda garis menurun ( \ )
d.      Nada turun n aik   yakni ada yang merendah  lalu meninggi, biasanya diberi tanda vsebagai ( ۷ )
e.       Nada naik turun yaitu nada yang meninggi lalu merendah,  biasabya diberi garis tanda garis (۸)
Sama halnya dengan tekanan, dalam bahasa indonesia nada juga tidak” bekerja” pada tingkat fonemis, melaikan “berkerja” pada tingkat sintaksis, karena dapt membedakan makna kalimat. Variasi nada yang menyertai unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi, yang biasanya  dibedakan menjadi empat, yaitu:
            Nada rendah, ditandai dengan angka 1
            Nada sedang ditandai dengan angka 2
            Nada tinggi, ditandai dengan angka  3
            Nada sangat tinggi, ditandai dengan angka 4
Selain itu intinasi tertentu yang diberikan pada akhir klausa dapat menentukan modus kalimat
JEDA DAN PERSENDIAN
 jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam  arus ujaran.disebut jeda karena adanya hentian itu,dan disebut persendian karena ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara dua segmen ujaran. jeda ini dapat bersifat penuh atau bersifat sementara.biasanya dibedakan adanya sendi dalam atau (Internal Juncture)  dan sendi luar (Open Juncture).
            sendi dalam menunjukan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain.sendi dalam  ini yang menjadi batas silabel biasanya di tandai dengan (+).
contoh :
[am+bil]
[lak+sa+na]
[ke+le+la+war]
 sendi luar menunjukan batas yang lebih besar dari silabel.dalam hal ini biasanya dibedakan adanya :
a.jeda antara kata dalam frase,ditandai dengan garis miring tunggal (/)
b.jeda anatra frase dalam klausa,ditandai dengan garis silang ganda (#)
            Tekanan dan jeda dalam bahasa  Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda dapat mengubah makna kalimat.
contoh :
# buku // sejarah / baru #
#buku / sejarah // baru #
             kalimat pertama bermakna “buku mengenai sejarah baru”; sedangkan kalimat kedua bermakna “buku baru mengenai sejarah”;
4. durasi
Durasi berkaitan dengan  masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu bunyi di ucapkan.tanda untuk bunyi panjang adalah titik dua disebelah kanan bunyi yang di ucapkan (…t); atau tanda garis kecil diatas bunyi segmental yang di ucapkan (-). Dalam bahasa indonesia durasi ini tidak bersifat fonemis tidak dapat membedakan makna kata;tetapi dalam beberapa bahasa lain seperti bahasa arab,unsur durasi bersifat fonemis.

SILABEL ATAU SUKU KATA
            Silabel atau suku kata adalah satuan  ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran.Satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vocal,atau satu konsonan atau lebih.Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang bisanya jatuh pada sebuah bunyi vocal.kenyaringan dan sonoritas,yang menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang (resonansi) berupa rongga mulut,rongga hidung, atau rongga rongga lain di dalam kepala atau dada.
            Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi itu adalah bunyi vokal,dan bukan bunyi konsonan.kerena itu,yang dapat disebut bunyi silabis atau puncak silabis adalah bunyi vocal.umpamanya,kata Indonesia [dan].kata itu terjadi dari bunyi [d],bunyi [a],dan bunyi [n].bunyi [d] dan bunyi [n] adalah bunyi konsonan,sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vocal.bunyi [a] pada kata [dan] itu menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan sebab bunyi vocal ketika di produksi mempunyai ruang resonansi  yang lebih besar.secara relatif ketiga bunyi yang membentuk kata [dan].
            kemungkinan urutan bunyi konsonan-vokal dalam silabel disebut  fonotaktik.Bunyi konsonan yang berada sebelum vocal (yang menjadi puncak kenyaringan disebut onset (O) dan konsonan yang hadir sesudah vocal disebut koda,sedangkan vokalnya sendiri disebut nuklus.sejauh ini urutan vocal (v) dan konsonan (K) yang ada dalam bahasa indonesia adalah :
1.V,                             seperti [i]                     pada kata [i+ni]
2.KV,                          seperti [la]                   pada kata [la+ut]
3.VK,                          seperti [am]                 pada kata [am+bil]
4.KVK                        seperti [but]                 pada kata [se+but]     
5.KKV                        seperti [kla]                 pada kata [kla+sik]
6.KKVK                     seperti [trak]                pada kata [trak+tor]
7.KVKK                     seperti [teks]                pada kata [kon+teks]
8.KKKV                     seperti [stra]                pada kata [stra+te+gi]
9.KKVKK                  seperti [pleks]              pada kata [kom+pleks]
10.KKKVK                seperti [struk]              pada kata [struk+tur]
11.VKK                      seperti [eks]                 pada kata [eks+por]
·         Banyak kata yang berasal dari bahasa asing , dan memiliki pola silabel di mana dua buah konsonan beruntun, maka di antara kedua konsonan itu diselipkan bunyi [ә]. Misalnya, kata [klas] menjadi [kәlas], kata [praktek] menjadi [pe + rak tek], dan kata [administrasi] menjadi [ad + mi + nis + te + ra + si]. Dengan penyisipan bunyi [ә] itu, maka polanya menjadi pola silabel asli bahasa Indonesia.

·         Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang memiliki pola silabel KV dimana V diisi oleh bunyi [ә], seringkali bunyi [ә] itu ditanggalkan. Kata [kәlapa] yang silabelnya [kә], [la], dan [pa] sering dilafalkan menjadi [klapa].

·         Menentukan batas silabel sebuah kata kadang-kadang agak sukar, misalnya kata [makan]. Silabelnya ialah [ma], [kan], kata [makanan] silabelnya adalah [ma], [ka], dan [nan]. Bunyi [n] yang menjadi koda pada silabel [kan] pada kata [makanan]. Secara ortografi, menurut ketentuan ejaan bahasa Indonesia silabelnya adalah [ma + kan + an]. Contoh lain kata [bundar] dan [k prok] secara fonetis bersilabel [bu + ndar] dan [kә + prok], tetapi secara ortografis bersilabel < bun + dar > dan < kep + rok>. Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang beruntunan disebut interlude.

·         Bunyi diftong sudah diperhitungkan sebagai sebuah bunyi, karena cirinya lebih dekat kepada vokal, maka harus dianggap sebagai sebuah vokal (V).


MAKALAH TEORI TEATER DAN AKTING “TEATER YUNANI KONO”



MAKALAH
TEORI TEATER DAN AKTING
“TEATER YUNANI KONO”
Dosen : Marrisa Aulia Mayangsari,M.Pd.






Disusun oleh :
Aas charniago                 (1610116320001)
Bayu krisna aji              (1610116310005)
Lia fitriani                       (1610116320016)
Oktavia permita sari      (1610116320020)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BANJARMASIN 2017

Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Teater Pada Zaman Yunani Kuno” yang dimana tugas ini ditujukan untuk menyelesaikan tugas kuliah  kami dengan mata kuliah Teori Teater dan Akting. Makalah ini berisikan sejarah perkembangan teater pada zaman Yunani kuno.  Teater adalah salah satu seni yang kerap kita temui, teater merupakan salah satu seni yang cukup terkenal selain musik dan seni rupa. Dalam teater kita dapat menyalurkan semua ide dan dapat membuat kita sebagai penulis yang baik, selain menyalurkan ide kita juga dapat menemukan kepercayaan diri. Dunia teater sangat menarik dan mengasyikkan, selain bisa bermain peran kita juga perlu mengetahui
teater secara teori. Maka dalam makalah ini saya akan mengupas dunia teater lebih dalam dan membuat kita lebih mengerti dunia teater yang sebenarnya. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami telah berhasil menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang juga sudah memberikanbantuan kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah  ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.





Banjarmasin,Maret 2017


Penyusun

















Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Teater di Dunia............................................1
                   2.2.1   Teater Yunani Kuno...................................................1
                   2.2.2  Tokoh-tokoh Yunani kuno..........................................3
                   2.2.3  Jenis-jenis drama komedi...........................................6
BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan...........................................................................8
            3.2 Saran......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA                                                              
























BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejarah mencatat, seni teater berfungsi hanya sebagai upacara ritual (keagamaan), melainkan berfungsi pula sebagai kesenian atau hiburan. Peristiwa teater yang mensyaratkan kebersamaan, waktu, dan tempat, tetaplah menjadi persyaratan utama kehadiran teater sejak ribuan tahun Sebelum Masehi, sehingga pada zaman Yunani kuno teater pun selalu hadir dengan persyaratan yang serupa. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat disebut teater jika ada keutuhan tiga kekuatan, berupa: orang teater, tempat, dan komunitas (penonton). Tiga kekuatan inilah yang bertemu dan melahirkan “peristiwa teater”.

1.2 Rumusan Masalah
1.                  Bagaimana sejarah perkembangan teater Yunani kuno ?
2.                  Siapa tokoh-tokoh pada zaman Yunani kuno ?
3.                  Apa saja jenis-jenis teater komedi ?

1.3 Tujuan
1.                  untuk mengetahui sejarah perkembangan teater Yunani kuno
2.                  untuk mengetahui tokoh-tokoh penulis naskah pada zaman Yunani kuno
3.                  untuk mengetahui jenis-jenis teater komedi






















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Perkembangan Terater Yunani Kuno

1.                  TEATER YUNANI KUNO

            Sekitar tahun 600 SM, dakam upacara-upacara agama, mereka mengadakan festival tari dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysius  yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian mereka mengadakan sayembara untuk menghormati dewa Dionysius itu. Sayembara seperti itu terdapat pada tahun 534 SM di Athena dan ditujukan untuk pertunjukan tragedi. Salah seorang pemenang sayembara adalah Thespis seorang aktor dan penulis tragedi yang pertaa dikenal dunia.
            Menurut bangsa Yunani Purba, segala sesuatu tentang drama ditemukan oleh Thespis. Bahkan para aktor dinamai Thespian. Penemuan karakter yang berdialog dengan koor, juga diatasnamakan dirinya. Begitu pula pemakaian topeng.
DRAMA YUNANI.  Bangunan kuil sederhana dan pelataran biasanya dipakai untuk mementaskan cerita-cerita dewa. Pada saat itu, drama masih berhubungan erat dengan agama.







PERKEMBANGAN TEATER YUNANI. Tempat permainan drama yang mula-mula sederhana, kemudian berkembang lebih khusus dan kompleks. Perhatikan tempat duduk penonton yang sejak semula berasal dari punggung bukit kecil, agar semua penonton memperoleh pemandangan yang jelas dari pementasan.
            Drama Yunani mengalami puncak perkembangannya sekitar tahun 400 SM. Drama masih dipertunjukkan sebagai bagian upacara agama, terutama tragedi. Di Athena tempat pertunjukan drama yang terkenal adalah Teater Dionysius yang terdapat di samping bawah bukit Acropolis, pusat kuil kota Athena. Teater ini memuat 14.000 penonton, dan dipergelarkan pula komedi.

Tragedi
            Karena timbulnya tragedi dari upacara agama, maka sifat pertunjukan ini adalah serius, khidmat, puitik, dan filosofis. Tokoh tragedi biasanya mengagumkan, tetapi tidak sempurna, selalu punya kelemahan menyolok dan selalu dihadapkan pada dilema moral yang sulit. Dan biasanya tokoh utama tragedi gagal melawan kekuatan musuhnya yang berakhir dengan kematiannya.
            Tragedi Yunani terdiri dari beberapa episode yang diselingi dengan ode-ode yang dinyanyikan bersama (koor). Episode ini hanya digambarkan sebanyak-banyaknya oleh tiga aktor di pentas, setidak-tidaknya sampai sekitar tahun 400 SM koor menyanyikan ode dan menari dengan iringan musik.
            Para aktor mengenakan topeng dengan tujuan memperjelas gambaran watak tokoh yang dimainkannya. Aktor lelaki memainkan peran wanita, dan seorang aktor kadang-kadang memainkan beberapa tokoh dalam beberapa episode. Gaya akting para aktor jauh dari sifat realisme. Bahasa yang puitik dan perwatakan yang idealis menjuruskan para aktor bermain secara formal dan agung (grand style).
            Penulis drama biasanya memainkan naskahnya sendiri. Seorang warga kota yang kaya biasanya membiayai latihan-latihan mereka dan mebelikan kostum untuk para pemain. Penderma ini biasanya disebut : CHOREGUS.
2
            Dari ratusan naskah drama Yunani Purba, hanya 35 naskah yang selamat pada zaman kita ini. Dan naskah itu ditulis oleh 3 penulis drama yang terkenal : AESKILOS, SOPHOKLES, dan EURIPIDES. 
Dari ratusan naskah drama Yunani Purba, hanya 35 naskah saya yang berhasil selamat pada zaman kita ini. Naskah itu ditulis oleh 3 penulis drama yang terkenal : AESKILOS, SOPHOKLES, dan EURIPIDES.
2.                 Tokoh-tokoh Yunani kuno

A. AESKILOS


AESKILOS (525-456 BC)  lahir dari keluarga berada dan terpandang di ELEUSIS, dekat Athena. Ia ikut bertempur dalam Perang Marathon tahun 490 BC melawan Persia, dan mungkin juga ikut Pertempuran di Salamis. Ia dikenal pada zamannya lewat drama-drama yang diciptakannya yang konon berjumlah 90 buah, kebanyakan naskahnya tragedi, meskipun ada beberapa naskah komedi. Ia telah memenangkan 3 kali sayembara. Namun, naskahnya yang sampai pada kita 7 buah. Dari 7 naskahnya ini Aeskilos memperkenalkan diri sebagai seniman yang patriotik yang membawa tragedi Yunani ke bentuk yang lebih matang dan dewasa. Sebelum Aeskilos, tragedi hanya mengenal satu aktor saja yang menjawab atau bereaksi atas pertanyaan dan teguran koor. Aeskilos menambahkan aktor menjadi 2, langkah ini lebiih menghidupkan pentas karena adanya 2 aktor yang saling bereaksi.
Naskah-naskah drama tragedinya nampak lamban dan kabur, untuk ukuran manusia modern. Tapi nilai tragedinya terletak pada kekayaan bahasa, kompleksitas pikiran-pikirannya dan gayanya yang agung. Karyanya yang terkenal pada kita adalah Trilogi Oristeia yang terdiridari Agamemon, The Libatian Beavers, dan The Furies. Kisahnya tentang pembunuhan seorang ibu oleh anaknya sendiri, Orestes; idenya adalah perkembangan dari sifat pembalasan dendam primitif menuju keadilan yang dibenarkan negara. Jelas terlihat adanya penggambaran pembunuhan, dendam, penyesalan, dan belas kasihan dewa.
Tragedinya yang lain : Orang-Orang Persia, Tujuh Melawan Thebes, Prometheus Dibelenggu, dan Para Pemohon.






Tempat pertunjukan teater Yunani pertama yang permanen dibangun sekitar 2300 tahun yang lalu. Teater ini dibangun tanpa atap dalam bentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk penonton melengkung dan berundak-undak yang disebut amphitheater (Jakob Soemardjo, 1984). Ribuan orang mengunjungi amphitheater untuk menonton teater-teater, dan hadiah diberikan bagi teater terbaik. Naskah lakon teater Yunani merupakan naskah lakon teater pertama yang menciptakan dialog diantara para karakternya.

·         Ciri-ciri khusus pertunjukan teater pada masa Yunani Kuno adalah:
 Pertunjukan dilakukan di amphitheater.
·         Sudah menggunakan naskah lakon.
·         Seluruh pemainnya pria bahkan peran wanitanya dimainkan pria dan memakai topeng  karena   setiap pemain memerankan lebih dari satu tokoh.
·         Cerita yang dimainkan adalah tragedi yang membuat penonton tegang, takut, dan kasihan serta cerita komedi yang lucu, kasar dan sering mengeritik tokoh terkenal pada waktu itu. Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk kelompok koor (penyanyi), penari, dan narator (pemain yang menceritakan jalannya pertunjukan).

B.SOPHOKLES
                                               
      
Sophokles, (496-406),hidup pada zaman emas kebudayaan Athena.dia terkenal tampan,atletis,terpelajar dan sangat musical.ia pernah memenangkan 19 sayembara drama dalam festival-festival .Naskah drama yang ditulisnya lebih dari 100 tetapi yang tinggal hanya 7 tragedi saja yakni : 1.ayax  2.Antigone 3.Wanita-wnaita Trachea  4.Oidipus Sang Raja  5.Electra  6.Philoctetes 7.Oidipus di kolonus.
Pada tahun 1907 diketemukan bagian dari drama:pencari jejak.ia dilahirkan di dekat kota Athena.dramanya yang besar,Oidipus di kolonus,yang ditulis pada waktu ia berusia 90 tahun.
            Drama-drama yang mempersoalkan kejahatan dan hukuman  dan hukumannya yang bastrak seperti Aeskilos.ia lebih mengutamakan perjuangan seorang tokoh kuat dalam melawan nasibnya.pola dramanya selalu menunjukan munculnya tokoh berpribadi kuat yang memilik jalan hidup yang tak disetujui oleh koor atau tokoh yang lebih minor.jalan yang ditemuh tokoh utamanya ini biasanya berat dan sulit serta membuatnya menderita.tapi sikap ini jusru membuatnya Nampak semakin mulia dan beperikemanusiaan,tokoh-tokoh nya tidak pernah dipergunakan untuk mengkritik  kaidah-kaidah moral konvensional seperti pada Euripides.inilah  sebabnya aristoteles menamakan tokoh-tokoh SOPHOKLES  melukiskan manusia seperti seharusnya,sedang EURIPIDES melukiskan manusia seperti apa adanya.
drama SOPHOKLES memiliki kontruksi yang kuat melebihi AESKILOS  dan EURIPIDES,sehingga Aristoteles menamakannya sebagai model yang ideal.Ia menambahkan jumlah aktor menjadi 3,menetapkan jumlah koor menjadi 15 dan mulai menggunakan latar lukisan dalam pementasan pementarsannya. SOPHOKLES terkenal dalam teknik membangun ketegangan dan klimaks sehingga berjasa dalam mengangkat drama-drama yunani menjadi compleks dalam nilai-nilai dramatikalnya. Oidipus sang raja adalah contoh drama yang penuh perkembangan ketegangan.

C.EURIPIDES

  Euripides  (484-406 SM)  mengalami  masa perang antar kota di yunani (perang  peloponesus) dan menyaksikan runtuhnya Athena.Ini membuatnya bersikap skeptis,meragukan agama mempertanyakan tatanan sosial dan moral zamannya.tidak jarang ia mengkritik dan menyerang kaum politisi dan kaum penulis.Akibatnya ia kurang popular di zamannya sendiri.ia hanya memenangkan 5 hadiah saja dalam sayembara drama zamannya.kondisi ini mengakibatkan  Ia menjauhi masyarakat dan pindah dari Athena ke Macedonia untuk berkumpul dalam kaum intelektual terbuang yang lainnya seperti pelukis ZEUXIS dan THUCYDIDES sejarawan.inilah sebab nya karya karya nya banyak yang bersifat renungan  dan ke- buku-buku an.
            Drama-drama masih mendasarkan mitologi,tapi dalam menggambarkan tokoh-tokohnya ia lebih mendekati penggambaran manusia sehari-hari.bahasanya lebih sederhana.Ia sering dipuji karena sifat reslismenya ini. Plot dramanya lebih komplek. Perhatian EURIPIDES lebih tertumpu  pada penggambaran watak dan psikologi tokoh-tokohnya,istimewanya ia sangat mahir dalam melukiskan psikologi seorang wanita.disampng tragedi,ia juga menulis TRRAGICOMEDI dan MELODRAMA.pada usia 71 ia meninggal di Athena dan menetap di Thesalia,kemudian ke Macedonia.di istana raja macedonia ini,ia menulis drama-dramanya yang terakhir: BACCHAE dan IPHIGENIA di AULIS.
            Euripides menulis lebih dari 90 drama,tetapi hanya 18 tragedinya yang selamat dan 1 komedi satyr  yang berjudul CYCLOP.
Tragedi-tragedinya :
Alcetis ,Medea ,Putera-Putera Hercules,Hyppolitus,Andomache,Hecuba,Para Pemohon,Hercules,Wanita-Wanita Troya,Electra,Iphigenia Di Aulis,Helena, Wanita-Wanita Phunisia,Orestes,Ion,Bacchae Iphigenia Di Tauris,Rhesus.

3.Jenis-jenis teater komedi
·         Satyr
Satyr ini dimaksudkan sebagai komedi ringan dan pendek yang bersifat humor dan parodi terhadap mitologi.pada satyr digunakan juga koor yang terdiri dari satyr yakni makhluk dongeng yang setengah manusia setengah binatang. Hanya ada satu naskah satyr saja yang selamat,yakni karya Eurupides,Cyclop yang berisi tentang parodi.
Bentuk satyr hanyalah merupakan bagian dari pertunjukan tragedi, sehingga ketika drama Yunani merosot sekitar tahun 200 SM, Maka bentuk satyr juga ikut lenyap.

·         Komedi Lama
Komedi berasal dari kata KOMOIDA = Membuat Gembira. Dalam komedi pelaku utama digambarkan sebagai pembawa ide gembira, misalnya membawa damai untuk mengakhiri perang. NaSkah komedi Yunani yang selamat sampai sekarang hanya dari ARISTOPHANES.
Aristophanes (445-385) mengawinkan satyr sosial dan politik dengan fantasi. Pada dasarnya dia seorang konservatif dalam filsafat moral yang selalu memperhatikan perubahan-perubahan sosial politik di Athena.
Dalam tiap dramanya itu mengkritik dan menertawakan beberapa aspek kehidupan bangsanya, sehingga drama-dramanya menjadi sumber informasi kehidupan sosial yang baik. Ia menulis komedi sebelum berusia 20 Tahun.

Telah ditulisnya 44 naskah komedi tetapi hanya 11 yang selamat yaitu :
-                      Orang-orang Archania
-                      Para perwira
-                      Awan-awan (clouds)
-                      Perdamaian
-                      Burung-burung (birds)
-                      Lysistrata
-                      Thesmophoriazuasae
-                      Ecclesia zuasae
-                      Katak-katak (satyr terhadap Euripides)
-                      Plutus
-                      Lebah-lebah

·                     Komedi Baru
Tragedi mulai lenyap setelah tahun 400 SM, tetapi komedi hidup terus. Namun komedi setelah tahun 400 SM mengalami perubahan drastis sehingga komedi yang ditulis setelah 338 SM dinamai KOMEDI BARU. Meskipun komedi ini sangat populer pada zamannya namun sangat sedikit naskah yang selamat, hanya satu saja yang di tulis oleh MENANDER, yakni RASA DONGKOL. Komedi ini tidak lagi menggarap tema sosial dan politik, tetapi kehidupan rumah tangga dari kalangan kelas menengah Athena.
MENANDER (342-291 SM) telah menulis lebih dari 100 komedi,tetapi kini tinggal beberapa fragmennya saja dan beberapa saduran yang dikerjakan oleh penuli-penulis TERENCE dan PLAUTUS serta sebuah drama berjudul DYSCOLOS.




































BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Perkembangan teater Yunani tempat permainan drama yang mula-mula sederhana, kemudian berkembang lebih khusus dan kompleks. Tempat duduk penonton yang sejak semula berasal dari punggung bukit kecil, agar semua penonton memperoleh pemandangan yang jelas dari pementasan. Tokoh penulis naskah Yunani yang terkenal adalah Aeskilos, Sophokles, dan Euripides. Jenis-jenis drama komedi adalah satyr, komedi lama, dan komedi baru.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentan seni teater ) dengan mendalami isi makalah ini.






















DAFTAR PUSTAKA

Sumardjo, Jakob. 2008. Ikhtisar Sejarah Teater Barat. Bandung: Angkasa