FONOLOGI
UNSUR SUPRASEGMENTAL DAN SILABEL
Dosen : Noor Cahaya,M.Pd.
DISUSUN OLEH :
-
Herlina Sri
Damayanti (1610116320012)
-
Heryanny Nur
Syachrida (1610116320013)
-
Lia Fitriani (1610116320016)
-
Maulia Eka
Saputri (1610116320020)
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BANJARMASIN 2017
UNSUR SUPRAMENTAL
Pada bagian terdahulu
sudah disebut bahwa arus ujar merupakan suatu runtutan bunyi yang
sambung-bersambung, terus-menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau agak
singkat disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendak bunyi, panjang pendek
bunyi, dan sebagainya. Dalam arus ujar itu ada bunyi segmental yang dapat
disegmentasikan dan unsur suprasegmental yang tidak dapat disegmentasikan. Bunyi suprasegmental ialah bunyi yang menunjang pemaknaan bunyi segmental .
1. Tekanan
Tekanan atau stres menyangkut
masalah keras lemahnya bunyi. Suatu
bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan
amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah
bunyi segmental yang diucapkan sdengan arus udara yang tidak kuat, srhingga
amplitudonya menyempit pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini
mungkin terjadi secara sporadis; mungkin jua telah berpola mungkin juga
bersifat artinya dapat dapat membedakan makna ; tapi mungkin juga tidak
distingtif.
Dalam bahasa indonesia tekanan tidak
“berperan”pada tingkatan fonemis, melainkan berperan pada tingkat sintaksis,
karena dapat membedakan makna kalimat.sebagai contoh kalau kalimat “dia
menangkapayam itu”. Kalau tekanan diberikan pada kata dia, maka berarti yang
menangkap ayam itu adalah dia, dan bukan orang lain. Kalau tekanan di berikan
pada kata menangkap, maka berarti yang dilakukan adalah menangkap, bukan
menyembelih atau pembuatan lain. Kalau tekanan diberikan pada kata ayam, maka berarti yang ditangkap adalah
ayam, bukan kambing atau bintang lain. Kalau tekanan diberikan pada kata itu,
maka berarti yang ditangkap adalah ayam itu bukan ayam ini.
2. Nada
Nada atau pich berkenaan dengan tinggi
rendhnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi
getarn tang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi.sebaliknya yang
diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, twntu kan disertai juga dengan
nada rendah.
Dalam bahasa total seperti bahasa thai dan
bahasa vietnam, nada sifat fonemis, artinya dapat dibedakan makna kata. Dalam
bahasa Tonal, bisanya dikenal adanya
lima macam nada yaitu:
a. Nada
naik atau meninggi yang biasanya diberi tanda garis ke atasa ( ̸ ).
b. Nada
datar yang biasanya dib eri tanda garis lurus mendatar ( ̅ ).
c. Nada
turun atau nada rendah yang biasanya diberi tanda garis menurun ( \ )
d. Nada
turun n aik yakni ada yang
merendah lalu meninggi, biasanya diberi
tanda vsebagai ( ۷ )
e. Nada
naik turun yaitu nada yang meninggi lalu merendah, biasabya diberi garis tanda garis (۸)
Sama halnya dengan tekanan, dalam bahasa indonesia
nada juga tidak” bekerja” pada tingkat fonemis, melaikan “berkerja” pada
tingkat sintaksis, karena dapt membedakan makna kalimat. Variasi nada yang menyertai
unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi, yang biasanya dibedakan menjadi empat, yaitu:
Nada
rendah, ditandai dengan angka 1
Nada
sedang ditandai dengan angka 2
Nada
tinggi, ditandai dengan angka 3
Nada
sangat tinggi, ditandai dengan angka 4
Selain itu intinasi tertentu yang diberikan pada
akhir klausa dapat menentukan modus kalimat
JEDA DAN PERSENDIAN
jeda atau persendian berkenaan dengan hentian
bunyi dalam arus ujaran.disebut jeda
karena adanya hentian itu,dan disebut persendian karena ditempat perhentian
itulah terjadinya persambungan antara dua segmen ujaran. jeda ini dapat
bersifat penuh atau bersifat sementara.biasanya dibedakan adanya sendi dalam
atau (Internal Juncture) dan sendi luar (Open Juncture).
sendi
dalam menunjukan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain.sendi
dalam ini yang menjadi batas silabel
biasanya di tandai dengan (+).
contoh :
[am+bil]
[lak+sa+na]
[ke+le+la+war]
sendi luar
menunjukan batas yang lebih besar dari silabel.dalam hal ini biasanya dibedakan
adanya :
a.jeda antara kata dalam frase,ditandai dengan garis
miring tunggal (/)
b.jeda anatra frase dalam klausa,ditandai dengan
garis silang ganda (#)
Tekanan dan jeda dalam bahasa Indonesia sangat penting karena tekanan dan
jeda dapat mengubah makna kalimat.
contoh :
# buku // sejarah / baru #
#buku / sejarah // baru #
kalimat pertama bermakna “buku mengenai sejarah
baru”; sedangkan kalimat kedua bermakna “buku baru mengenai sejarah”;
4. durasi
Durasi berkaitan
dengan masalah panjang pendeknya atau
lama singkatnya suatu bunyi di ucapkan.tanda untuk bunyi panjang adalah titik
dua disebelah kanan bunyi yang di ucapkan (…t); atau tanda garis kecil diatas
bunyi segmental yang di ucapkan (-). Dalam bahasa indonesia durasi ini tidak
bersifat fonemis tidak dapat membedakan makna kata;tetapi dalam beberapa bahasa
lain seperti bahasa arab,unsur durasi bersifat fonemis.
SILABEL
ATAU SUKU KATA
Silabel
atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil
dalam suatu arus ujaran.Satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vocal,atau
satu konsonan atau lebih.Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai
puncak kenyaringan (sonoritas) yang bisanya jatuh pada sebuah bunyi vocal.kenyaringan
dan sonoritas,yang menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang (resonansi)
berupa rongga mulut,rongga hidung, atau rongga rongga lain di dalam kepala atau
dada.
Bunyi
yang paling banyak menggunakan ruang resonansi itu adalah bunyi vokal,dan bukan
bunyi konsonan.kerena itu,yang dapat disebut bunyi silabis atau puncak silabis
adalah bunyi vocal.umpamanya,kata Indonesia [dan].kata itu terjadi dari bunyi
[d],bunyi [a],dan bunyi [n].bunyi [d] dan bunyi [n] adalah bunyi
konsonan,sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vocal.bunyi [a] pada kata [dan] itu
menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan sebab bunyi vocal ketika di
produksi mempunyai ruang resonansi yang
lebih besar.secara relatif ketiga bunyi yang membentuk kata [dan].
kemungkinan
urutan bunyi konsonan-vokal dalam silabel disebut fonotaktik.Bunyi konsonan yang berada sebelum
vocal (yang menjadi puncak kenyaringan disebut onset (O) dan konsonan yang hadir sesudah vocal disebut koda,sedangkan vokalnya sendiri disebut nuklus.sejauh ini urutan vocal (v) dan
konsonan (K) yang ada dalam bahasa indonesia adalah :
1.V, seperti
[i] pada kata [i+ni]
2.KV, seperti [la] pada kata
[la+ut]
3.VK, seperti [am] pada kata
[am+bil]
4.KVK seperti
[but] pada
kata [se+but]
5.KKV seperti [kla] pada kata
[kla+sik]
6.KKVK seperti
[trak] pada
kata [trak+tor]
7.KVKK seperti
[teks] pada
kata [kon+teks]
8.KKKV seperti
[stra] pada kata [stra+te+gi]
9.KKVKK seperti
[pleks] pada
kata [kom+pleks]
10.KKKVK seperti
[struk] pada
kata [struk+tur]
11.VKK seperti
[eks] pada
kata [eks+por]
·
Banyak
kata yang berasal dari bahasa asing , dan memiliki pola silabel di mana dua
buah konsonan beruntun, maka di antara kedua konsonan itu diselipkan bunyi [ә].
Misalnya, kata [klas] menjadi [kәlas], kata [praktek] menjadi [pe + rak tek],
dan kata [administrasi] menjadi [ad + mi + nis + te + ra + si]. Dengan
penyisipan bunyi [ә] itu, maka polanya menjadi pola silabel asli bahasa
Indonesia.
·
Banyak
kata-kata bahasa Indonesia yang memiliki pola silabel KV dimana V diisi oleh
bunyi [ә], seringkali bunyi [ә] itu ditanggalkan. Kata [kәlapa] yang silabelnya
[kә], [la], dan [pa] sering dilafalkan menjadi [klapa].
·
Menentukan
batas silabel sebuah kata kadang-kadang agak sukar, misalnya kata [makan].
Silabelnya ialah [ma], [kan], kata [makanan] silabelnya adalah [ma], [ka], dan
[nan]. Bunyi [n] yang menjadi koda pada silabel [kan] pada kata [makanan].
Secara ortografi, menurut ketentuan ejaan bahasa Indonesia silabelnya adalah
[ma + kan + an]. Contoh lain kata [bundar] dan [k prok] secara fonetis
bersilabel [bu + ndar] dan [kә + prok], tetapi secara
ortografis bersilabel < bun + dar > dan < kep + rok>. Bunyi yang
sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang beruntunan
disebut interlude.
·
Bunyi
diftong sudah diperhitungkan sebagai sebuah bunyi, karena cirinya lebih dekat
kepada vokal, maka harus dianggap sebagai sebuah vokal (V).