Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Juni 2016

Burger



      Cerita ini sangat sederhana,tapi hanya beberapa jam sampai membuatku terjebak di dalam situasi ini,cahaya lampu kekuningan perlahan masuk dari sela sela atap renggang yang rapuh,ruangan ini berdinding beton dan berada di belakang jalan raya,tidak,maksudku di dalam nya.
       Aku mik,jangan tanyakan apapun tentang hidupku karna itu membuat ku sedih,aku hanya akan membicarakan seseorang yang duduk didepan toko kecil yang hampir tutup di samping gas station,mengeratkan jaket kumal dan menunduk menatap salju yang jatuh di sepatunya.
       Awal musim salju di Westchester avenue,ketika aku melangkah lambat sambil memeluk jaket tebal ku,melangkah di sepanjang jalan sambil memikirkan hal apa yang hangat dan akan menyenangkan di makan di musim dingin.
      Mungkin hampir jam 12 malam ketika aku melewati jalan itu,pulang dari kerja lemburku,beberapa clup baru saja ramai dan lebih banyak kedai yang tutup dan kosong.dari jauh aku melihat gas station penuh,malam selalu ramai di new york,bahkan ketika musim dingin.
    Aku berhenti di depan toko kecil yang sudah agak remang,mungkin akan tutup,duduk di terasnya yang menyatu dengan aspal jalanan,disana ada seseorang duduk dengan menunduk,aku menegur dan menyapanya,ia menaikan wajahnya dan membalas sapaanku.
“kemalaman?”.
    Orang itu masih menunduk tapi mencoba mengobrol.
“ada sesuatu yang harus di kerjakan di kantor”.
    Ia menghela nafasnya,membuat uap uap kecil melayang di wajahnya.
“kau lapar”.
   Aku tersenyum,mengakui kata katanya yang tidak terdengar seperti pertanyaan.
“mau kuceritaka sesuatu agar kau berhenrti lapar?”.
   Aku mengangguk menunggunya bicara lagi.dengan pelan ia memandangiku,tanpa eskpresi,lalu mengalirah cerita tentang burger,cerita sederhana miliknya.
    Ia bilang dulu,dulu sekali,ada sebuah kedai kecil di manhattan,menjual berger terenak yang pernah ia makan,mereka kadang membagikan makanan itu kepada orang orang yang kelaparan di jalanan,lalu menceritakan satu cerita agar mereka yang lapar berhenti menginginkan makanan.cerita yang mereka ceritakan dengan cara yang indah.
    Ia menghela nafasnya,memberi jeda pada kata kata yang meninggi.
  Ia bilang ia adalah salah satu dari mereka yang kelaparan,salah satu yang memakai burger itu,salah satu yang mendengar cerita yang sekarang dia ceritakan padaku.
    Ia tersenyum memandangi wajahku yang penasaran,aku menelan ludahku karna wajah itu terlihat berbeda dari petama kali aku menatap wajahnya.
     Kedai itu punya semakin banyak pelanggan dan tidak semua orang bisa membelinya,karna mereka bilang tidak mudah mencari bahan burger yang enak,maka mereka meminta bantuan dari orang orang yang pernah mereka tolong,yang pernah memakai burger burger mereka,termasuk orang yang duduk disampingku,orang yang sedang menceritakan cerita sederahan nya.
“kalian menolongnya”.
  Aku memotong cerita itu,orang disamping ku tersenyum,melanjutkan ceritanya.
     Ia bilang mereka bahkan tidak berfikir dua kali untuk menolong,orang orang yang tidak memiliki apapun akan melakukan apapun untuk sebuah pertolongan kecil.
   orang orang yang bersedia menolong di kumpukan di belakang kedai,di sebuah dapur kecil yang konu,masih memakai tungku dan kayu bakar.
   Mereka disuruh berjejer dan berdiri sambil di tatap oleh koki,secara beraturan di berikan ciri dengan catatan kecil,di masukan ke sebuah ruangan besar di bawah kedai,di ruang bawah tanah,dan mereka baru sadar apa yang sebenarnya terjadi sampai mereka di biarkan terkunci di dalam ruangan pekat dan gelap,diberikan makanan roti sisa.orang orang itu bilang,bahan burger sudah habis,mereka juga bilang,mungkin orang orang yang sedang mereka kurung adalah orang orang terakhir yang mereka berikan burger itu,orang orang terakhir yang menolong mereka dengan bayaran burger.
    Ketika mereka terbangun di entah malam atau siang keberapa,Satu persatu,kadang ada dua orang yang di tarik keluar,semakin hari semakin banyak,dan setiap orang yang pergi  tidak pernah kembali.
 Sekali lagi orang disamping ku menghela nafasnya.
    Ia bilang bahwa dia orang yang entah keberapa yang di bawa keatas kedai,diseret bersama empat orang lainnya,lalu di paksa menikmati pemotongan tubuh teman temannya satu persatu,orang orang didalam dapur itu tidak perduli,tidak perduli dengan potongan potongan yang memercikan darah keseluruh baju kemeja putih mereka.wajah mereka serius hanya menatap seperti manusia mansuia yang mereka potong adalah daging ayam.yang lain menunggu di penggilingan,yang lain fokos memasukan kedalam air mendidih.mereka sibuk dan tidak perduli.
    Malam itu,mereka tau apa yang bisa mereka lakukan untuk orang orang yang memberikan mereka burger dan apa yang membuat burger itu terlalu enak untuk tidak di beli,mereka tau apa yang harus mereka lakukan,bahkan ketika mereka sudah menjadi potongan potongan tubuh yang di giling,membagikan cerita ini kepada semua orang,membantu penjual burger memenuhi pesanan.membantu mereka menjual banyak burger tanpa kehabisan daging.lalu cerita sederhana itu berakhir.
     Aku menelan ludahku,merasakan musim salju jauh lebih diangin dari sebelumnya.
   ketika ia mengangkat wajahnya dan menatapku,aku entah kenapa degan cepat berdiri,sesopan mungkin mejauh dan mengatakan bus ku sudah datang,ia masih tersenyum bahkan ketik aku masuk ke bus,aku merinding,benar benar merinding.
     Ketika bus menjauh,meninggalkan potongan cerita sederhana di Westchester,aku menatap kebelakang kaca bus lagi,lengang,tidak ada siapapun kecuali kebekuan dan ketakutan.
…………………..
       Lalu cerita sederhana itu datang lagi di dalam bus,ketika aku terlelap karna kelelahan aku terbangun di tempat ini,sendirian dan dalam kegelapan ruang bawah tanah.
   Ketika suara decitan pintu terbuka,aku tercekat menatap bayangan hitam yang perlahan mendekat.
      Tapi sebelum aku mengakhiri cerita ini,ijinkan aku meminta maaf padamu,aku sungguh minta maaf,karna mungkin ketika kau membaca cerita ini aku sudah pergi berkeliling kota mencari teman dan menolong penjual burger,sama seperti yang sekarang ku lakukan ketika menceritakan cerita ini.aku sedang menlong mereka.
   Kumohon maafkan aku,karna mungkin ini akan jadi tidur terakhirmu,maaf karna kau harus terbangun di tempat sempit di manhattans semu yang gelap.
   Maaf karna aku,nama kalian tercatat di catatan kecil mereka.
   Kawan,Orang itu semakin dekat,mengangkan pisau besarnya.
“apa kau orang terakhir di gudang ini?”.
    Suara nya mendengung.
“artinya kita butuh lebih banyak”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar