Cerita ini sangat sederhana,tapi
hanya beberapa jam sampai membuatku terjebak di dalam situasi ini,cahaya lampu
kekuningan perlahan masuk dari sela sela atap renggang yang rapuh,ruangan ini
berdinding beton dan berada di belakang jalan raya,tidak,maksudku di dalam nya.
Aku mik,jangan tanyakan apapun tentang hidupku karna itu membuat ku
sedih,aku hanya akan membicarakan seseorang yang duduk didepan toko kecil yang
hampir tutup di samping gas station,mengeratkan jaket kumal dan menunduk menatap
salju yang jatuh di sepatunya.
Awal musim salju di Westchester
avenue,ketika aku melangkah lambat sambil memeluk jaket tebal ku,melangkah di
sepanjang jalan sambil memikirkan hal apa yang hangat dan akan menyenangkan di
makan di musim dingin.
Mungkin hampir jam 12 malam ketika aku
melewati jalan itu,pulang dari kerja lemburku,beberapa clup baru saja ramai dan
lebih banyak kedai yang tutup dan kosong.dari jauh aku melihat gas station penuh,malam
selalu ramai di new york,bahkan ketika musim dingin.
Aku berhenti di depan toko kecil yang sudah
agak remang,mungkin akan tutup,duduk di terasnya yang menyatu dengan aspal jalanan,disana
ada seseorang duduk dengan menunduk,aku menegur dan menyapanya,ia menaikan
wajahnya dan membalas sapaanku.
“kemalaman?”.
Orang itu masih menunduk tapi mencoba
mengobrol.
“ada
sesuatu yang harus di kerjakan di kantor”.
Ia menghela nafasnya,membuat uap uap kecil
melayang di wajahnya.
“kau
lapar”.
Aku tersenyum,mengakui kata katanya yang
tidak terdengar seperti pertanyaan.
“mau
kuceritaka sesuatu agar kau berhenrti lapar?”.
Aku mengangguk menunggunya bicara
lagi.dengan pelan ia memandangiku,tanpa eskpresi,lalu mengalirah cerita tentang
burger,cerita sederhana miliknya.
Ia bilang dulu,dulu sekali,ada sebuah kedai
kecil di manhattan,menjual berger terenak yang pernah ia makan,mereka kadang
membagikan makanan itu kepada orang orang yang kelaparan di jalanan,lalu menceritakan
satu cerita agar mereka yang lapar berhenti menginginkan makanan.cerita yang mereka
ceritakan dengan cara yang indah.
Ia menghela nafasnya,memberi jeda pada kata
kata yang meninggi.
Ia bilang ia adalah salah satu dari mereka
yang kelaparan,salah satu yang memakai burger itu,salah satu yang mendengar
cerita yang sekarang dia ceritakan padaku.
Ia tersenyum memandangi wajahku yang
penasaran,aku menelan ludahku karna wajah itu terlihat berbeda dari petama kali
aku menatap wajahnya.
Kedai itu punya semakin banyak pelanggan dan
tidak semua orang bisa membelinya,karna mereka bilang tidak mudah mencari bahan
burger yang enak,maka mereka meminta bantuan dari orang orang yang pernah mereka
tolong,yang pernah memakai burger burger mereka,termasuk orang yang duduk disampingku,orang
yang sedang menceritakan cerita sederahan nya.
“kalian
menolongnya”.
Aku memotong cerita itu,orang disamping ku
tersenyum,melanjutkan ceritanya.
Ia bilang mereka bahkan tidak berfikir dua
kali untuk menolong,orang orang yang tidak memiliki apapun akan melakukan apapun
untuk sebuah pertolongan kecil.
orang orang yang bersedia menolong di
kumpukan di belakang kedai,di sebuah dapur kecil yang konu,masih memakai tungku
dan kayu bakar.
Mereka disuruh berjejer dan berdiri sambil di
tatap oleh koki,secara beraturan di berikan ciri dengan catatan kecil,di masukan
ke sebuah ruangan besar di bawah kedai,di ruang bawah tanah,dan mereka baru
sadar apa yang sebenarnya terjadi sampai mereka di biarkan terkunci di dalam ruangan
pekat dan gelap,diberikan makanan roti sisa.orang orang itu bilang,bahan burger
sudah habis,mereka juga bilang,mungkin orang orang yang sedang mereka kurung
adalah orang orang terakhir yang mereka berikan burger itu,orang orang terakhir
yang menolong mereka dengan bayaran burger.
Ketika mereka terbangun di entah malam atau
siang keberapa,Satu persatu,kadang ada dua orang yang di tarik keluar,semakin
hari semakin banyak,dan setiap orang yang pergi
tidak pernah kembali.
Sekali lagi orang disamping ku menghela
nafasnya.
Ia bilang bahwa dia orang yang entah
keberapa yang di bawa keatas kedai,diseret bersama empat orang lainnya,lalu di
paksa menikmati pemotongan tubuh teman temannya satu persatu,orang orang
didalam dapur itu tidak perduli,tidak perduli dengan potongan potongan yang
memercikan darah keseluruh baju kemeja putih mereka.wajah mereka serius hanya
menatap seperti manusia mansuia yang mereka potong adalah daging ayam.yang lain
menunggu di penggilingan,yang lain fokos memasukan kedalam air mendidih.mereka
sibuk dan tidak perduli.
Malam itu,mereka tau apa yang bisa mereka
lakukan untuk orang orang yang memberikan mereka burger dan apa yang membuat burger
itu terlalu enak untuk tidak di beli,mereka tau apa yang harus mereka lakukan,bahkan
ketika mereka sudah menjadi potongan potongan tubuh yang di giling,membagikan
cerita ini kepada semua orang,membantu penjual burger memenuhi pesanan.membantu
mereka menjual banyak burger tanpa kehabisan daging.lalu cerita sederhana itu
berakhir.
Aku menelan ludahku,merasakan musim salju
jauh lebih diangin dari sebelumnya.
ketika ia mengangkat wajahnya dan menatapku,aku
entah kenapa degan cepat berdiri,sesopan mungkin mejauh dan mengatakan bus ku
sudah datang,ia masih tersenyum bahkan ketik aku masuk ke bus,aku merinding,benar
benar merinding.
Ketika bus menjauh,meninggalkan potongan
cerita sederhana di Westchester,aku menatap kebelakang kaca bus
lagi,lengang,tidak ada siapapun kecuali kebekuan dan ketakutan.
…………………..
Lalu cerita sederhana itu datang lagi di
dalam bus,ketika aku terlelap karna kelelahan aku terbangun di tempat
ini,sendirian dan dalam kegelapan ruang bawah tanah.
Ketika suara decitan pintu terbuka,aku
tercekat menatap bayangan hitam yang perlahan mendekat.
Tapi sebelum aku mengakhiri cerita ini,ijinkan
aku meminta maaf padamu,aku sungguh minta maaf,karna mungkin ketika kau membaca
cerita ini aku sudah pergi berkeliling kota mencari teman dan menolong penjual
burger,sama seperti yang sekarang ku lakukan ketika menceritakan cerita ini.aku
sedang menlong mereka.
Kumohon maafkan aku,karna mungkin ini akan
jadi tidur terakhirmu,maaf karna kau harus terbangun di tempat sempit di
manhattans semu yang gelap.
Maaf karna aku,nama kalian tercatat di
catatan kecil mereka.
Kawan,Orang itu semakin dekat,mengangkan
pisau besarnya.
“apa kau
orang terakhir di gudang ini?”.
Suara nya mendengung.
“artinya
kita butuh lebih banyak”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar