Catatan cinta di akhir smp
Aku menatap calona keemasan dari balik
jendela besar disampingku,saat jendela itu ku buka aku dapat merasakan bau nya
yang harum dibawa angin,aku selalu memejamkan mataku dan merasakan hembusan
hembusan itu,rasa nya hampir sama dengan di negeriku,hanya sedikit berbeda.saat
aku membuka mataku lagi,aku dapat melihat lalu lalang pasangan muda berjalan
sambil menikmati pertengahan musim semi di kota ini,seoul ...korea.
Pasangan muda ???,ah...sekarang aku tak
lagi muda,tapi sama dengan anak anak itu aku punya cerita itu,aku membalikan
tubuhku membelakangi jendela,menatap meja ku yang sedikit berantakan,kertas
kertas berceceran tak teratur,tapi aku tak perduli dengan hal itu yang ku lihat
adalah pas foto kecil yang berdiri paling ujung di mejaku.foto tiga anak kecil
yang sangat aku kenali,bahkan dua orang laki laki yang mengapitku sampil
tersenyum degan luka di wajah mereka masih sangat aku ingat dan sedang sangat kurindukan.
Aku sangat mengingatnya,mungkin jauh lebih
baik dari pada dua sahabat lamaku.aku suka mengingatnya,aku suka karna aku
selalu merasa cantik saat aku mengingat hal konyol itu.
Beberapa tahun yang
lalu...
Di Masa masa SMP ku....
Sama seperti anak remaja yang kau
kenal,semua orang merasa kan sesuatu yang tak pernah mereka rasakan dimasa masa
sebelumnya.oh ya... nama ku dinara...dinara aulia.aku sekolah di salah satu
sekolah paling diinginkan dikotaku,segala hal rasanya berbeda setelah aku
berganti warna rok,sekarang warna bawahanku,biru tua.
Aku memasuki ruang kelas ku,dan seperti
biasanya.sejak awal semester 2 kelas 9 aku selalu menemukan surat merah muda di
bawah mejaku.aku suka membacanya lalu menyimpannya,aku penasaran dengan
seseorang yang memberikannya,tapi aku sama sekali tak terkesan.aku hanya ingin
tau seseorang yang menulisnya untukku.
“ada lagi ???”.
Aku menatap seseorang yang sekarang duduk
disampingku,ya dia,sahabat ku sejak kecil,namanya alfian Muhammad.teman
sebangku ku sekaligus tetanggaku,entah sejak kapan aku mulai berteman dengan
manusia ini,tapi sepertinya ia sudah menjadi bagian dari hidupku.
Aku menggangguk lalu menunjukan surat merah
muda itu padanya,dan seperti biasa dia tak pernah terkesan.ia tersenyum hambar
dan mengisyaratkan ku untuk menyimpan dan membacanya sendiri.aku tak pernah tau
siapa yang menulis surat itu dan aku tak pernah tau arti senyum hambar sahabat
kecil ku itu hingga.....
Perpisahan kelas 9....
Angkatan aku dan teman
teman....
Mungkin,hari itu hari terakhir aku
penasaran dengan surat merah mudaku,dan mungkin itu terakhir kalinya aku
menerima surat itu,entah sudah berapa banyak surat yang ku simpan sejak pertama
kali menemukan merah muda itu di laci mejaku,orang itu selalu mengirim di awal
minggu lalu mengirim lagi di akhir minggu,2 kali seminggu,dan tak satu pun dari
yangku terima tidak aku simpan.
Seseorang menatap mata ku lembut,ia
tersenyum dari balik tubuh tubuh siswa lain yang membatasi penglihatanku,aku
mencari cari orang itu,dan ketika aku sadar ia sudah berdiri tepat didepanku,ia
menghela nafasnya dan tersenyum padaku,siapa yang tak kenal orang didepan
ku.aku bahkan tak pernah tak mendengar nama itu setiap kali berjalan di depan
gedung olahraga sekolah.namanya,Adrian...aku sering melihatnya saat latihan
pramuka,aku sering melihtanya lalu lalang di depan anak anak pramuka, yang
kudengar dari alvian dia ketua tim basket sekolah kami dan vian bilang mereka
berteman.
“dinara aulia kelas 9B”.
Aku mengagguk lambat,heran kenapa seseorang
yang tak terkenal seperti ku dikenal.
“boleh minta waktunya
sebentar”.
Aku mengagguk lagi,aku berjalan beriringan
dengan nya,menaiki tangga di lantai dua sekolah kami.angin berhenbus
menerbangkan kain jilbabku.adrian menumpukan kedua sikunya pada tembok
pembatas,menghadap lapangan hijau sekolah kami.aku mengikutinya,berdiri
disampingnya.
“ada yang bisa aku bantu”.
Aku membuka pembicaraan beku itu.
“ternyata gak ada yang
salah,kamu persis seperti yang aku
bayangkan,lembut,santun,dan jujur kamu ternyata sedikit formal ya”.
Adrian menatap ku dari samping,aku tak suka
ini.
“jadi ada yang bisa aku
bantu”.
Aku mengulangi pertanyaan ku,aku mendengar
tawa Adrian ,mungkin dia benar aku memang sedikit formal.
“surat itu...aku yang
tulis dan aku yang kirim”.
Sekarang aku yang menatap wajahnya,aku
dapat melihat wajah tampan itu dari samping,rambutnya diterpa angin,sesekali
aku dapat melihat lubang yang manis terpasang di pipinya.
“dinara aulia....”.
Adrian menatapku,dan aku juga sedang
menatapnya,sekarang semuanya bertambah parah,aku melihat bola matanya yang
sempurna, cahaya matahari membuat bayangan di bulu matanya yang lentik.dia
tampan.
“aku percaya tentang love at the first
sight.dan kamu orang itu,aku sering kelihatan kaya orang bodoh yang bolak balik
lapangan dan gedung olahraga,karna kamu ada disana,kamu latihan pramuka.aku
teman alfian dan kami satu tim basket,tapi akhir akhir ini dia lebih suka
fotografer dan aku kehilangan koneksi buat tau tentang kamu”.
Adrian
diam,wajahnya yang tadi mengahadap lapangan kembali menatapku.aku sedang
tidak mengerti apa yang aku rasakan,rasa nya seperti merasa istimewa,terpesona,dan
aku merasa agak gila.
“hubungi aku kalau sudah ada jawaban”.
Adrian
merogoh kantong celananya lalu menempelkan surat di telapak tangan ku,merah
muda sama seperti yang selalu aku dapatkan,aku membeku aku bahkan lupa sempat
membalas senyum nya atau tida,ia berjalan cepat lalu menghilang di susunan
tangga.adrian ??? dia minta jawaban ???.
Malam
harinya,aku membuka surat itu.alfian bersama ku,duduk disampingku sambil
mengamati bintang dengan teleskop miliknya,dia tau aku dapat surat itu lagi.tapi
ia belum tau siapa orang yang selalau memberikan surat itu untukku.
“vian,,,kamu tau orang yang nulis surat itu”.
Vian
menggeleng,dia selalu tak memperhatikan tentang surat itu,matanya masih
menempel pada lensa teropong bintang nya.
“kamu tau adrian kan??? Dia yang ngasih,tadi
diperpisahan sekolah dia bilang,dia bilang dia minta jawaban,di surat ini ada
nomor telphon vian lo,menurut kamu gimana???”.
Sekarang
vian menatapku,lalu menajamkan matanya pada surat yang baru selesai ku baca.
“Adrian mantan ketua tim basket?,ngapain kamu
berhubungan sama dia,ngapain sih cinta cinta an sekarang,formulir pendaftaran
sekolah baru juga belum dapat,katanya mau sukses dulu baru mikir hal hal
lain,kamu gimana sih nara”.
Alfian tak
seperti biasanya, ia memperlihatkan urat lehernya saat bicara padaku,suara nya
nyaring dan aku tau ia sedang marah,dia sedang tidak baik baik saja.tapi kali
ini tak hanya alfian yang marah aku juga akan marah.aku tak kenal alfian malam
ini.
“fian kamu kenapa,aku minta pendapat kamu untuk nolak
secara baik baik,aku tau dia tampan, dia baik, dan gak suka marah marah
kaya kamu sekarang,tapi aku selalu ingat ko sama mimpi aku,fian... kamu tau aku gak suka
di atur atur”.
“aku marah karna aku suka kamu nara,aku lebih dulu
suka kamu,aku cemburu tiap kamu dapat surat itu,aku berhenti basket karna
Adrian selalu Tanya tanyan tentang kamu,kamu minta pendapat seakan gimana
baiknya hubungan kalian.kamu tau nara kalau kamu gak bilang tentang mimpi kamu
aku lebih dulu bilang,aku suka kamu ...aku suka kamu nara”.
Fian
diam aku juga,fian menatap ku lalu menghela nafasnya,aku menunduk,aku terkejut
dan rasanya semakin aneh,fian pergi memunggungiku ia berlari meninggalkan
ku,teropong bintang nya yang masih berdiri ditengah halaman rumah ku dan
sepi,aku merasa angin malam ini terasa terlalu hangat,angin itu menerpa
mataku,air mataku jatuh.mungkin angin berhembus terlalu kencang dan membuat
mataku perih.aku tak suka hal hal seperti ini,aku benar benar membenci ini.
Pagi
hari setelah malam itu,semua kelas 9 kembali kesekolah lagi,wali kelas ku
bilang ada sesuatu yang harus diurus tentag ijazah kami yang akan
dibagikan,dibagikan beberapa hari setelah perpisahan,aneh ???memang!.tapi bukan
nya semua hal memang terasa aneh untuk ku akhir akhr ini.
Aku melirik sepeda fian yang biasanya
tersender di pohon depan rumahnya,tapi pagi ini tida,sepertinya dia benar benar
sedang marah padaku.aku menghela nafasku dan membuang nya kasar.hari ini aku
pergi kesekolah sendirian.
........
aku
mendengar suara gerombolan orang bicara,berteriak,atau entah lah benar benar tak
jelas,aku berlari di lorong sekolah, kelas 7 dan 8 sunyi,mereka belajar seperti
biasanya,di sana di ujung lorong aku melihta banyak orang dengan baju tak
formal mereka bergumpal menjadi satu,aku berlari kecil,entahlah tapi ada sesuatu
yang aku khawatirkan.
Aku berhenti
dan aku tau aku benar,sesuatu yang aku kawatirkan benar benar terjadi.aku
melihat fian dan andrian saling pukul seperti preman,ada sesuatu yang benar
benar membuat ku marah,aku kecewa,aku ingin memukul mereka berdua.aku sempat
melihat mata tajam fian menatap ku,aku tak perduli aku menarik tangan fian dan
mendorong andrian,beberapa teman membantuku menarik andrian,fian tak meronta,
tangan nya tenang saat ku sentuh,aku menarik tangan nya keluar dari gerombolan
itu sebelum salah satu guru kami yang lambat datang seperti polisi disetiap
film yang aku tonton memberi sangsi untuk dua siswa yang hanya tinggal
menunggu kertas penting yang tak istimewa.
“fian aku mau ketemu kamu dan adrian di bukit
belakang sekolah,tadi ... kalian bodoh sekali”.
Aku
melepaskan tangan fian dan berjalan lebih cepat darinya,aku tak tau apa mereka
berdua akan datang,aku merasa sial disukai dua laki laki itu.
Aku melihat
langit menjadi keemasan,entah sudah berapa kali aku menarik nafasku lalu
menghebuskan nya seperti orang bodoh,jam berapa aku berdiri disini,jam 9 atau
10 rasanya sudah tak penting lagi,sudah berapa jam aku melupakan makan siangku
dan dua orang itu tak ada yang menemuiku,aku benar benar ingin membunuh mereka.
“aku kira gak serius”.
Aku mendengar
suara itu memudar karna rasa marahku,aku membalikan tubuhku dan menemukan dua
orang bodoh yang di tunggu orang bodoh melangkah ragu kearahku.
“aku menunggu hampir 7 jam disini”.
Aku menatap
dua orang itu tajam,meraka menunduk seakan aku harus dipatuhi.
“maaf nara aku kira gak serius”.
“fian baru jeput aku tadi,dia bilang kamu belum pulang
sampai sore”.
“terserah...”.
Aku
membalikan tubuhku,adrian dan fian mengkikutiku.
“kalian tau jawaban ku kan”.
Mereka mengangguk.
“nara,,,kita sudah sepakat mau jadi teman kok,kita
juga bisa masukan Adrian jadi anggota sahabat kita”.
Aku melirik
fian,aku ingin marah ,ingin memukulnya tapi aku juga ingin tertawa karna geli
dengan kata kata nya,aku mengagguk.aku dapat melihat fian dan Adrian tersenyum
bersama,tulus sekali.saat itu aku benar benar merasa kami sangat sangat
kecil.benar benar terlalu kecil,fian bahkan terdengar seperti anak sd,saat itu
aku tak mengerti apa yag mereka rasakan padaku,tapi aku berharap itu hanya
tentang sesuatu yang manusiawi.kau tau hal konyol lainnya yang dilakuakn mereka
berdua,andrian membawa kamera ayahnya untuk memfoto kami bertiga.kertas itu
masih kusimpan,kertas itu yang membuat ku pulang dan mencari mereka,kertas itu
selalu terpajang di meja kerjaku.mereka cerita cinta di masa smp ku.