TITIK
BALIK
Tidak akan pernah ada keadilan, kecuali setelah kematian.
PEMAIN
ANANDHITA (MUDA)
Perempuan muda yang tenang, berumur 20 tahun.
AMENA (JUJUR)
Ia wanita berumur 35 tahun yang sedang berada
pada masa produktif, dipecat dari pekerjaan nya, ia Marah dan mencintai Negara
di waktu yang sama.
GYNAI (WANITA)
Dia ibu muda, 27 tahun, tidak terbiasa dengan
pendidikan dan tidak berdaya terhadap banyak hal dalam hidupnya.
HAIN (DENDAM)
Ia adalah Mahasiswi 18 tahun, yang memperjuangkan
nasib keluarganya dengan penuh semangat.
ASHA (HARAPAN)
Polos dan tidak perduli.
HAIL (SURGA)
Ia melihat kehidupan dengan cara yang
bijaksana.
THAN (DEWI KEMATIAN)
Than adalah ibu dari Ananditha, ia bisu namun
penuh ekspresi.
FLIS (KEPUTUSASAAN)
Kasar,
kesal, marah, putus asa dan kecewa pada dirinya sendiri.
BABAK I
Lampu hanya menerangi satu orang ditengah-tengah
panggung, yang terbaring memeluk diri sendiri seperti bayi.
Suara:Maka sujudlah ia kecuali iblis.
Lampu hidup mati, perlahan gelap.
BABAK II
Panggung hanya disinari cahaya temaram,satu lampu menyala
statis,lampu yang lain hidup mati,Ananditha di lemparkan ke dalam ruangan,lampu
menyala lebih banyak,cahaya menerangi semua orang yang sudah duduk didalam ruangan,(Menghadap
penonton, berbaris dari kanan: Hain memeluk kedua kakinya, Amena duduk dengan
sebelah kaki menekuk, Hail duduk bersila, Gynai yang baru datang memeluk
anaknya.
AMENA : Ada
orang bersalah baru. (Datang dari gelap kemudian duduk bersila)
ANANDHITA: Saya tidak bersalah! (Menengok kiri kanan,duduk
perlahan)
AMENA : (Tertawa)
yang bersalah juga bilang mereka tidak bersalah,(Mengamati Orang-orang disekitar,
lalu menunjuk si Hain)hey kamu sini,salah mu apa?bicarakan dengan
pendosa baru ini (menunjuk Hain yang duduk dipojok, si Hain mendekat)
HAIN :Saya
tidak salah,mereka lah yang salah sudah menagkap saya.Saya lagi
semangat-semangatnya orasi malah disuruh turun,digiring kesini.
AMENA : Orasi
atau mencari sensasi ?
HAIN :Tentu saja saya berorasi,ada yang mau saya tuntut atas
negeri ini,intinya saya tidak bersalah kan?kenapa saya dimasukan kesini?
AMENA :Lah
saya dituduh komunis,gara-gara jualan celurit dan kapak di kantor camat,menurut
kamu apa salah saya?
GYNAI :
(Sambil
menangis) Saya ditangkap karena anak saya tidak sempat lari saat rusuh
tadi,saya kira pasar bukan tempat aparat tangkap-tangkapan. (Memeluk anaknya)
HAIN : Kenapa anak-anak dimasukan ke sini?bukannya tidak boleh.
AMENA : Siapa
perduli,hal besar saja banyak yang tidak selesai,siapa yang mau urus hal kecil
tentang anak kecil ini,ayo ngaku saja kamu kenapa ditangkap?
ANANDHITA: Tanya yang tangkap saya?
GYNAI : Kenapa
hidup ini jahat sekali pada saya (menangis sambil memeluk anaknya)kenapa
semua orang tidak adil pada saya.
ASHA : Mama ini bukan sinetron.
HAIL :
(Berdiri, tertawa sambil menepuk pundak
si Ananditha,semua isi sel tertawa kecuali si Gynai) manusia memang seharusnya dinilai oleh manusia lainnya.
AMENA : Anda
kenapa masuk kesini?
HAIL :
Saya dituduh jual agama.
AMENA : Di
tuduh apa sudah terima bayaran?
HAIL : Mereka bawa saya sebelum saya bicara.
AMENA : Saya
tidak kaget ada orang seperti anda.
HAIL : Tidak semua yang orang yang anda temui sama seperti saya.
AMENA : Saya
tidak bilang semua orang seperti anda.
HAIL : Iya,iya itu salah saya.
HAIN : Berapa harga agama sekarang?
HAIL : Tergantung siapa yang beli.
HAIN : Buat apa,bukannya agama itu gratis?
HAIL : Mahal, Paling tidak modal (Berbisik), kopiah.
HAIN : (Manggut-manggut) Kaka
yakin tidak punya salah?
ANANDHITA: Yakin!
GYNAI :
(Meraung dan menangis sesegukan) hidup saya sudah sangat menderita,majikan
saya yang brengsek itu memecat saya setelah menizinahi,(terdiam,menutup kedua telinga
anaknya dengan dua telapak tangannya lalu berbisik) saya hamil
sendirian,melahirkan tanpa bidan,bekerja ditempat tempat menjijkan,tiap hari
melarikan diri dari penangkapan.
ASHA : Mama aku sudah tau ceritanya (Melepaskan dua telapak tangan
ibunya dari
kedua telinganya).
HAIL :
Sekarang dimana ayahnya?anak perlu wali saat
kawin.
GYNAI : Tidak!
anak perempuan perlu laki-laki yang mngawininya untuk kawin.
AMENA : Seperti
sekarang saya perlu makanan untuk makan.
HAIN : Seperti sekarang saya butuh kepastian (menopang wajahnya dengan tangan
kiri, semua orang menatap kearah Hain bersamaan,ketika sadar iakembali menegakan
kepalanya) kepastian kapan kita dikeluarkan.
AMENA : Waktu
itu,apa yang kamu orasikan?
HAIN :
Tentang hak dan kewajiban.
AMENA : Apa
yang kamu dapatkan?
HAIN :
Perhatian.
AMENA :
Apa cita-cita mu?Bukan ingin membahagiakan
kedua orang tua dan memberangkatkan mereka haji kan?
HAIN : (Menatap Amena) baru saja ingin aku ucapkan.
AMENA :
Itu cita-cita orang yang tidak punya impian (tertawa),tapi itu tidak salah,tidak
seharusnya juga impian terlalu tinggi!
AMENA : Apa
yang kamu lakukan sekarang?
HAIN : Berada dipenjara bersama kalian.
AMENA : Nanti
kalau kau ingin orasi lagi,minta turunkan tiket haji.
HAIN : Tiket haji murah biasanya menipu.
AMENA : Jangan
berprasangka buruk.
HAIN : (Orang-orang menatap Amena) Mereka mungkin sudah tobat.
AMENA : Kau
yakin mereka tau tata caranya?
HAIN : Jangan berprasangka buruk!
AMENA : Aku
tertular.
HAIN : Atau sudah terbiasa hanya pintar menasehati?
AMENA : Orang
muda tidak tau sopan santun! (berbisik
pada Ananditha)
HAIN : Orang tua tak pantas dihormati!
HAIL :
(Tertawa nyaring lalu berdiri) Kaum muda dan tua memang sejak dulu kala
bertentangan,dunia yang sulit dimengerti.
GYNAI : Memangnya
adadunia mana yang benar-benar kita pahami?
HAIN : Ada,jika kita bicara pakai hati.
AMENA : Sayangnya,itu
hanya ada pada cerita fiksi.
HAIN :
Kurasa kaumanusia yang tak pernah punya mimpi.
AMENA :
Nampaknya kau tak pernah berdiri di kehidupan yang asli.
GYNAI :
Kita harus berdiri di realitas,tapi tak
masalah bermimpi sekali-kali,jangan lama-lama sampai lupa bangun,takutnya
seperti aku,terlalu lama tidur,terlalu lama bermimpi,ketika bangun sudah
bunting dan ditinggalkan lelaki.
ASHA :
Mama kamu bukan Mario teguh.
GYNAI : (Berdehem,
menatap anak nya) Jadi apa yang membuat orang tua berada
dipenjara dan dituduh menjual agama (mendekat ke orang tua,berbisik)
memangnya berapa banyak uangnya?
HAIL : (Tertawa kecil) Tidak terhingga.
GYNAI : Bagaimana
cara mereka mengantarkan bayarannya?
HAIL : (Menghela nafas) Aku tak pernah melihatnya.
GYNAI : Aku
ingin menjual agamaku juga.
AMENA : Memangnya
kamu pernah punya?
GYNAI :
Aku pernah kegereja,aku penah ke mushola,aku
pernah ke bihara,aku punya tiga agama,ku jual satu aku masih punya
dua,bagaiamana?
AMENA :
Bagaimana jika kau jual ketiganya? (tertawa)kau
jual ketiganya maka jika kau mati tak ada surga
yang terbuka.
HAIL :
Aku punya satu agama, tapi aku bahkan tak tau
apakah Tuhan menerimaku dirumahnya,buktinya aku disini sekarang, bukan tempat
dimana Tuhan senang berlama-lama.
ANANDHITA: Kudengar Tuhan maha baik.
AMENA : Dimana
kau mendengarnya?
ANANDHITA: Seseorang yang kutemui dikota inilah yang pernah
mengatakannya.
HAIL : Siapa dia?
ANANDHITA: Yang paling aku cintai.
HAIN : Kau yakin dia juga mencintaimu?
ANANDHITA: Satu-satunya hal yang bahkan tidak kuragukan.
AMENA : Gambarkan
sedikit tentang dia.
ANANDHITA: Tidak ada hal yang bisa menggambarkan tentang nya.
HAIL :
Jangan tertipu, kau merasa begitu karena
sedang cinta.
ANANDHITA: Kata-kata itu tidak cocok untuk ku, selamanya yang paling
tepat.
AMENA : (Terbahak) lupakan saja cinta, apa yang kau lakukan dengan cara
menilaimu.
ANANDHITA: Aku menilainya dengan hatiku.
HAIN : Apa bedanya?
ANANDHITA: Jika kau menilai seseorang dengan otakmu,maka akan ada
saja yang lebih baik.
GYNAI : (Bergumam) Maka bergitu cara si brengsek itu menilai wanita.
HAIN : Kurasa sama saja apa yang otak dan hati lakukan.
ANANDHITA: Ada perbedaan dari menghitung dengan otak dan hati.
GYNAI : Jelasan
saja dengan singkat.
ANANDHITA: Dengan otak kau punya 10,9,8,7,6,5,4,3,2,1,0 dengan hati
kau hanya punya 1,satu satunya. (Semua orang mengernyit)
GYNAI : Seseorang
seperti apa yang bisa membuatmu sebegitu cintanya, apa kau Aisyah yang setangah
mati cinta pada Fahri.
ASHA : Mama (Menatap
kearah penonton) sepertinya tidak suka Fahri.
AMENA : Kaum
muda suka melakukan hal yang tidak ada gunanya!
HAIN : Jadi,apa yang kaum tua lakukan?
AMENA : Menyesali
nasib,karena dibuang jauh-jauh setelah tak ada artinya lagi.
ANANDHITA: Siapa dan apa yang mereka lakukan?
AMENA : Siapa
dan apa peduli mu?
GYNAI : Siapa
dan apa kita?
ASHA : Mama kita tak bernama,aku juga,semua orang tak bernama, percakapan
ini tak bermaksud menghidupkan kita, dia mungkin tak benar-benar menginginkan
kita.
HAIN : Apakah dia sang pencipta?
GYNAI : Apakah
penting siapa dia?yang penting adalah apa yang dia tulis tentang kita.
AMENA : (Berdiri) Persetan dengan siapa dan apa dia itu,persetan juga
dengan kehidupan sebentar ini,kehidupan fana yang senja nya katanya bagus,dunia
yang katanya senjanya membuat anak muda seperti kalian(menunjuk ke Hain, Anandhita, dan
Gynai) ingin memotong lalu mengirimkannya untuk kekasih,persetan dengan
dunia yang katanya hujan bulan juninya menyimpan cintanya pada pohon
berbunga,persetan dengan dunia yang membuatku berkorban banyak untuk jadi orang
baik,mending aku jadi orang jahat saja.
HAIL : Dan kau akan punya tempat setelah mati,panggangan api.
AMENA : Setidaknya aku sudah tau tujuan setelah mati.
HAIL : Padahal kau bisa ke Surga.
AMENA : Tempat
itu seperti dongeng dikepala ku.
HAIL : Kenapa tidak kau percaya saja dongeng itu?
AMENA : Dan
ketika sadar aku merasa bodoh (Mendengus lalu tertawa) tidak,aku
sudah melakukannya semumur hidupku.
HAIL : Dan membiarkan dirimu tak punya harapan bahagia setelah
mati?
AMENA : (Terdiam
lama) Bagaimana caranya punya kehidupan bahagia
setelah mati?kau berbuat baik dan dikecewakan!
HAIL : Paling tidak aku punya harapan,aku berbuat bukan untuk
manusia yang terbiasa mengecewakan, aku berbuat untuk Tuhan yang kupercayai,aku
punya harapan atas keadilan,satu-satu yang mungkin ada.
GYNAI : Jadi
kau benar-benar tak menjual agamamu?
HAIL : Mereka hanya membeli agama yang diperlihatkan didepan
wajah orang-orang.
GYNAI : Kenapa mereka menuduhmu?
HAIL : Karena ku bacakan ayat,ketika mereka bertanya tentang
politik, tentang perzinahan tentang aurat.
GYNAI : Apa
mereka marah?
HAIL : Mereka hanya tidak bisa menurunkan ego mereka.
AMENA : Maka
kau disini karena ego mereka?
HAIL : Begitukah kau juga?
AMENA :
(Merenung,menghela nafas,menunduk).Ku jual palu dan arit dikantor camat setelah mereka copot jabatanku
karena ku ancam mereka tidak akan bisa
pulang kerumah setelah kulaporkan seleweng-menyeleweng yang mereka lakukan,tapi
mereka lebih cepat,aku dipulangkan tidak hormat.Kujual palu dan arit karena tak
punya uang lagi,mereka tangkap aku sebagai komunis,sudah bertahun-tahun kaum
terlarang itu dimusnahkan dan aku yang hidup hari ini mereka sangkut pautkan.(Berdiri,menyapu
dahi, menangis meyapu pipi) bertahun-tahun aku mengabdi,jujur,tapi
mereka telantarkan aku.(Gynai mengusap-usap punggung Amena)
HAIN : Apakah aku juga seperti kalian?
HAIL : Coba kau ingat lagi apa yang kau orasikan?
HAIN : Aku hanya minta
keadilan orang kecil atas batu bara dan intan.
HAIL : Pemberontak kecil (Terkekeh)
ANANDHITA: Menentang bos.
GYNAI : Bos
tidak suka hartanya menyusut.
HAIN : Dan ku kira aku sudah menyenangkan orang miskin yang
hidupnya tak pernah senang itu.
GYNAI : Kukira
yang kau fikirkan hanya tentang ketenaran
HAIN : Jika hanya itu yang ku fikirkan,yang kulakukan adalah membuat
Vlog di Youtube.
AMENA : Maka
telah ada alasan bagus kenapa kau disini bersama kami.
GYNAI : Kami?mari
kita bicarakan sekali lagi,aku, anak ku dan perempuan pendiam ini tak tau apa
salah kami.
HAIN : Kurasa kau sudah katakan salahmu adalah karena anak ku
tak cepat lari.
GYNAI : Masalahnya
kenapa kami dikejar,padahal sudah ku bayar iuran berjualan di jalan
sempit,padat,sialan itu.
HAIL : Ingat-ingat lagi.
GYNAI : (Menatap lantai, berfikir, menegakan
kepala nya), Anak ku tak cepat lari itu benar,masalahnya
mungkin berawal dari aku memiliki anak,aku tergoda jabatan dan uang laki-laki
kaparat,istrinya tak pernah bisa punya anak,tapi ketika bersama ku tak lama
perutku isi,lalu ya….dia buang aku (Meratap)
. Katakan padaku apa salahku,siapa tadi yang bilang jika manusia perlu orang
lain untuk meniai diri mereka (Nada
suara nya meninggi).
HAIN :Kurasa kau tidak butuh kami untuk tau apa kesalahmu.
GYNAI : Bagaimana
dengan kesalahan laki-laki itu atau kesalahan istrinya hinggaLaki-laki itu
memilihku,sempat memilihku.
AMENA : Anggap
saja kesalahanmu adalah melahirkan anak bajingan!
GYNAI : Anakku
tidak bajingan,tapi ayahnya memang begitu,karena itu kah aku disini?
HAIL : Maka kita sudah ketahui apa yang menyebabkan kita semua
disini.
HAIN : Tidak semuanya,perempuan pendiam ini belum.
ANANDHITA: Tidak perlu.
AMENA : Paling
tidak itu membuatmu merasa adil.
ANANDHITA: Jangan percaya pada keadilan,keadilan dunia (Menatap
Hail), orang ingin kamu punya kesalahan,yang seharusnya kita cari
adalah kebenaran,bukan kesalahan kita.
AMENA : Itu
lebih sulit dari pada meyakini surga adalah tempat kehidupan keduaku. (Hening)
HAIL : Kalau kita orang bersalah menurut orang-orang jahat,maka
kita bersebrangan dengan mereka, kebenaran yang kita lakukan tetap sebuah
kesalahan.
GYNAI : Jadi
tidak ada kemungkinan kita mendapatkan kebaikan.
HAIN : Berhenti menanyakan yang kau sudah
tau jawabannya!
AMENA : Dan
mereka benci orang baik.
HAIN : Mereka tidak akan mengeluarkan kita.
AMENA : Kau
sudah bisa berbicara realistis. (Mengelus punggung si Hain)
HAIN : Kalian membangunkanku.
Cahaya di panggung
redup, (Musik terdengar) bersama dialog dari arah lorong penonton.
FLIS :
Orang-orang salah mencari kebenaran
heh,kudengar mereka membicarakan itu,salah kah apa yang kukatakan,oh…tidak
tentu saja aku selalu benar,tidak ada yang punya hak menyalahkanku, (Pada
dialog ini Flis bicara pada penonton sambil melangkah ke atas panggung),kalian
semua (Menunjuk satu persatu ke enam orang) Mana tadi catatan ku? (Mengambil
ponsel pintar dari kantong celananya)
sudah kusiarkan tentang kalian,semua orang sudah tau,tidak ada yang perduli
lagi kalian benar atau salah,sudah tersebar,yang satu penjual agama,yang satu
pemberontak nakal,yang satu komunis bengis,yang satu wanita meyelip hubungan
orang.Hahahaha,mana ada yang berpihak pada kalian. Sebentar, kulihat dulu
catatanku satu-satu,yang pertama yang paling parah kesalahannya, (Menatap
ponsel pintarnya,menatap ke enam orang yang duduk) krik-krik-krik,
kenapa sekarang sunyi sekali Hahaha,orang rendahan memang hanya berani bicara
dibelakang punggung orang-orang berpangkat, Hahaha,kamu, yang sangat
bersemangat,keluar dari sel,mungkin kau bisa pulang dengan lebih cepat dari
mereka semua.
HAIN :
Aku akan pulang?
FLIS : Memangnya kenapa kau harus berada disini?
HAIN :
Kurasa aku benar-benar tidak bersalah.
FLIS : Kenapa kau berfikir seperti itu?
HAIN : Karena aku berorasi.
FLIS : Kenapa kau melakukannya?
HAIN : Aku (Mengaitkan jari-jemarinya) menuntut
hak keluargaku,selama ini yang kami dapatkan hanya limbah.
FLIS : Keuntungan di bawa pulang bos?
HAIN : Kami hanya meginginkan sedikit dari itu.
FLIS : Kau tidak bersalah,kau orang baik.Tapi aku bukan (tertawa
terbahak-bahak),ikuti aku sekarang.
HAIN : (Hain menatap teman-temannya didalam sel,ingin berpamitan)aku berharap kalian juga akan pulang.
FLIS : Aku tidak menunggu(Flis mengeluarkan pistol dari pinggangnya,menembaknya)
Orang jahat membenci orang baik.
(Hain terjatuh kelantai,darah mengalir,panggung senyap)
AMENA : Tidak
sekali aku meliaht dunia semacam ini.
HAIL : Semoga ia tenang di Surga.
GYNAI : Surga
dari Tuhan manapun (Menangis sesegukan,memeluk anaknya)
FLIS : Jika memang ada (Tertawa, menarik Amena kedekatnya)
kau akan pulang.
AMENA : Aku
tak punya tempat untuk pulang.
HAIL : Ku beri waktu memikirkannya.
AMENA : (Bergetar,berlutut) Aku takut tak disambut.
FLIS : Ku kira Tuhan baik (Melirik Ananditha,tertawa)
AMENA : (Menatap lantai, berfikir, menatap
Flis) Aku percaya, aku percaya tuhan baik.
FLIS : Tapi aku orang jahat, aku tak suka kebaikan dan Tuhan
baik, (Menembak Amena dikepala, Amena terjatuh ke lantai). Sekarang
aku ingin Wanita kotor segera pulang (Menarik rambut Gynai,membuatnya berlutut,
Gynai meringis), mahluk di bumi yang paling aku sukai adalah wanita,Adam
di usir dari surga karna wanita,itu membuatku bangga, tapi hawa kemudian
melahirkan lebih banyak manusia,aku mulai membenci wanita. (Berbisik) meski aku
wanita.
GYNAI : Tapi
seorang anak tidak akan lahir tanpa laki-laki.
FLIS : Kenapa Isa ada dibumi (Tertawa)
HAIL :
Agar kita manusia tau bahwa kita tak pernah
punya kuasa apapun,Tuhan yang memberi kehidupan,bukan wanita atau laki-laki.
FLIS :Jadi, kau bilang Tuhan lah yang memberi kerusakan (Menembak
Hail di kaki) dan aku tak bertanya padamu (Sementara Hail kesakitam, Flis Menatap
Gynai), seorang laki-laki menudirimu tanpa pernikahan,lalu kau
melahirkan seorang anak perempuan,aku benci sekali dengan mu.
GYNAI : Aku
melakukannya karena aku benci istri orang itu,ia menyakiti ku.Ia
memukuliku,maka ku balas perbuatannya dengan meniduri suaminya.
FLIS : Bagaiaman kau menjelaskannya (Manatap Hail,masih menarik rambut Gynai)
kudengar Tuhan lah yang akan membalas semua perbuatan manusia,tapi ada manusia
yang berani melakukan tugas Tuhan.
HAIL : Tak semua buah disatu pohon (Menunduk),manis(Menatap
Flis).
FLIS : Maka kita akan buang yang busuk itu (Menembak Gynai, semua orang
berteriak, Flis tersenyum miring, lalu menatap Hail), kudengar kalian
menbicarakan tentang jual beli agama,agama yang mana?
HAIL :
Agama yang mereka kira membuat orang-orang
akan memuji mereka.
FLIS : Kurasa memang untuk itu agama diciptakan, kan?
HAIL :
Kau tau apa jawabannya.
FLIS : Aku ingin mendengarnya darimu.
HAIL :
Aku tidak sedang bisa menjelaskannya. (Menunjuk
lukanya)
FLIS : (Tertawa)
Satu pertanyaan saja, untuk apa agama ada?
HAIL :
Agar manusia bahagia.
FLIS : (Terbahak) Pernahkahkau mendengar tentang sebuah negeri yang
mempercayai Tuhan, namun disiasiakan Tuhan,mereka mati dengan tubuh tercerai-berai
terkena bom orang lain(Berbicara di
samping Hail),luka-luka,berdarah dan babak belur,kurasa mereka tidak
bahagia?(Suara meninggi).
HAIL : Justru mereka lah manusia yang paling bahagia,orang-orang
negeri itu tau kemana mereka akan pulang,kemana mereka akan kembali,dunia hanya
sebuah tempat kecil tak berumur panjang,(Bicara
dengan mata berbinar dan tatapan kosong)Tuhan selalu mengirimkan keajaiban
dan kebahagian yang tidak dia berikan pada kita. Ditempat itu perang belum usai
namun mereka memiliki hati yang damai, Tuhan selalu merindukan mereka,aku
selalu iri.
FLIS : Tapi kurasa Tuhan tetap saja tidak adil,manusia-manusia
yang hidup tak percaya padanya,dia berikan surga,tepat didepan mata mereka.
HAIL :
Karena setelah itu tidak akan ada lagi
surga.Surga yang berlangsung selamanya.
FLIS : (Tertawa) Kau percaya,ada sesutau yang tidak punya
surga didepan matanya, dan setelah mati nanti juga tetap tidak punya,(Mendekatkan
wajahnya pada Hail yang mulai kehabisan darah dan kewalahan)
HAIL :
Apakah dia ada didepanku sekarang?
FLIS : Aku sedang tidak bisa menjelaskannya. (Satu
tembakan lagi di kepalaHail)
Flis,berjalan dari kiri kekanan
panggung,tertawa-tawa,lalu menatap Ananditha dan anak yang sedang menangis
FLIS : Kenapa kau tidak bertanya kenapa aku membunuh ibumu?
ASHA :
Aku tau.
FLIS : Apa yang kau tau?
ASHA : Aku tau.
FLIS : Aku bertanya apa yang kau tau?
ASHA :
Aku tau,semuanya.
FLIS : (Mondar-mandir dengan frustasi)Brengsek,sialan,anak bajingan,aku bertanya padamu,apa
yang kau tau?
ASHA : Aku tau kau tau.
FLIS : (Berhenti mondar-mandir, mengamati Asha,berputar-putar)
Kau tau apa yang aku tau?
ASHA : Aku tau apa yang kau tau?
FLIS : (Tertawa terbahak-bahak)Apa
yang kau tau dari perempuan pendiam ini?
ASHA :
Apa yang juga kau tau.
FLIS :
Bahwa dia akan mati karena menjadi
pengkhianat Negara?
ASHA :
Bahwa dia akan mati menjadi penghianat
Negara.
FLIS : (Tertawa terbahak-bahak)
ANANDHITA: Aku tidak bersalah atas itu.
FLIS : (Berhenti mondar-mandir) apa itu atas itu?
ANANDHITA: Aku tidak mengkhianati Negara.
FLIS :
Apa itu mengkhianati?
ANANDHITA: (Menghela nafas dengan tenang)
FLIS : (Menggebrak lantai) ku beritahukan
sesuatu tentang pengkhianatan,apa yang ku tau dari pengkhianatan,kau memilih
yang lain padahal kau bisa berada di tempat yang sudah ada,maka kau
pengkhianat,kau pergi untuk hal yang lebih baik,bahwa apa yang kau tinggalkan
kau rasa tidak cukup baikuntuk mu,maka kau penghianat.
ANANDHITA: Bagaimana jika aku pergi karena memang tidak ada gunanya?
FLIS : Itu yang dipikirkan orang bodoh,yang benar adalah kau
pergi karena berkhianat.
ANANDHITA: Bagaimana jika aku pergi karena aku di usir?
FLIS : Kenapa kau tidak bisa bertahan?
ANANDHITA: Tidak ada yang menahanku?
FLIS : Kenapa kau tidak menahan dirimu?
ANANDHITA: Di tempat lain aku lebih di butuhkan.
FLIS : Kau pengkhianat.
ANANDHITA: Aku bukan pengkhianat.
FLIS : Aku pernah menghianati dan dikhianati.
ANANDHITA: Dan bukan aku yang melakukannya.
FLIS : Kau tetap pengkhianat.
ANANDHITA: Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
FLIS :
Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak
bermanfaat.
ANANDHITA: Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
FLIS : Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.(Menangis,
menutup wajahnya dengan tangan)
ANANDHITA: Kau pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
FLIS : (Berteriak histeris sebelum menembak laki-laki di perutnya) Tapi kenapa kau pulang?(Setiap kata-kata penuh penekanan).
ANANDHITA: Karena yang tak menganggapku ada,yang
menganggapku tidak ada gunanya,yang mengusirku,adalah apa yang aku
cintai,tempat wanita yang aku cintai menungguku sendirian, (Mengeluarkan amplop dari
kantong,dengan tangan bergetar menyerahkannya pada anak sambil menangis),aku
akan kembali bagaimanapun caranya,selama tempat dan orang yang mencintai dan
kucintai itu menerimaku.
FLIS : Kau tidak sempat dicintai.(Suara nya lemah namun penuh penekanan, sorot mata kosong).
ANANDHITA: Dia tetap mencintaiku,seperti yang kulakukan padanya,dan
selamanya dia tau aku mencintainya. (Menggegam amplop ditangan Asha, Asha
mengangguk, Flis menatap penonton dengan lemah)
FLIS : Kau belum pulang?
ANANDHITA: Aku sudah pulang,lalu segera pulang.
FLIS : Kau tidak akan bisa pulang.
ANANDHITA: Aku sudah ditempat yang kucintai,aku sudah kembali dan
akan kembali.
FLIS :
Tidak,kau tidak sempat pulang,kau tidak ingin
pulang,kau…(Menatap kearah penonton,mengarahkan pistol ke pelipisnya)aku (menangis
dan berteriak kencang,menembak Ananditha sekali lagi hingga mati) aku,
tidak punya tempat kembali yang penuh cinta,(Menatap penonton,menangis histeris) aku
diusir dari surga(Flis menembak dirinya,jatuh ke lantai, Ashas keluar dari
sel,menggengam surat ditangannya yang penuh darah dari Ananditha.
ASHA : (Berdiri,menggenggam amplop yang berdarah,menatap penonton) aku tidak pulang.
Lampu mati, dalam
satu detakan.
BABAK III
Lampu panggung hidup,menerangi satu orang (Asha)
ASHA : Aku tidak ingin bermain- main dengan kesedihan,kenyataan
sudah cukup sedih,kehidupan sudah cukup mengerikan(Asha melangkah kedepan
panggung,ketika lampu hidup,ia akan berdiri tepat dibelakang bangku panjang).
Lampu menyala terang,Panggung diisi dengan satu bangku
panjang,dikiri dan kanannya ada ranting-ranting yang telah lalu.
ASHA :Seorang perempuan pendiam, menulis surat atas nama nya,nama
nya ANANDHITA (Duduk disamping Than)
THAN :(Tersenyum lebar,tampak bersemangat).
ASHA :Ibu
pasti sudah sangat lama menunggu?
THAN : Mengangguk.(Berulang
kali dan cepat).
ASHA :Seorang
perempuan pendiam, nama nya ANANDHITAmenyuruhku datang padamu
dan memberikan sesuatu.
THAN : (Menatap Asha,tersenyum kecil dengan wajah
keheranan,menerima amplop. Mengangguk kecil berterima kasih, menggenggam tangan
Asha,mereka bertatapan, melepaskan genggaman,membuka amplop,membaca,wajah
bahagia nya seketika meredup, ia menghapus air mata di pipi nya,menggenggam
mawar, menatap Asha, menggeleng, mengambil tangan Asha, menaruh bunga di
genggam Asha).
ASHA :
(Mengambil amplop, membacanya,menatap si
ibu dengan sedih,lalu berdiri ke tengah panggung meninggalkan Than yang duduk
di bangku taman, Lampu untuk Than mati, tersisa lampu yang menerangi Asha, Asha
menatap penonton) Maaf
kan aku,aku ingin berada disini dan membuat kalian bahagia,tapi bukankah sebuah
ceritamemang harus dekat dengan kehidupan yang sebenarnya?aku tidak pandai
berdusta.
“Ibu ini anak mu Ananditha, seseorang yang
mencintaimu setengah mati, seseorang yang kau cintai sepenuh hati, Ibu aku tidak bisa menemui mu, karena seperti yang kita tau,
tidak akan pernah ada keadilan, kecuali setelah kematian”.
1.Setangkai mawar menghitam jatuh dari tangan si Asha. Lampu hidup mati,
Lampu mati
2. Bunga jatuh, Asha melangkah pergi dari lingkaran lampu, (Disiapkan
kertas yang sudah di bakar yang nanti di terbangkan dengan kipas angin, hingga
sampai ke lingkaran lampu, yang terbang bersama bunga layu), lampu hidup mati,
lampu mati.
SELESAI
Penulis Naskah dan Sutradara : Lia Fitriani
Dipentaskan pada ujian akhir mata kuliah Drama PBSI FKIP ULM Banjarmasin