Total Tayangan Halaman

Senin, 05 Juni 2017

MAKALAH ASPEK-ASPEK PUISI


MAKALAH 
ANALISIS ASPEK-ASPEK 
PUISI “PADA SUATU HARI NANTI”
KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO 
 Dosen Pengampu: Ahsani Taqwiem, M.Pd   





UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BANJARMASIN 2017

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya Juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan segala taufik dan hidayah-Nya, hingga kita semua bisa keluar dari alam kegelapan menuju alan yang terang menderang serta mengenal ilmu pengetahuan.Sehingga Makalah berjudul “Analisis Aspek-Aspek Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono” ,ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah dapat disusun hingga selesai bukan  atas usaha saya sendiri,ada berbagai pihak yang memberikan dukungan,oleh karena itu saya ucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengampu: Ahsani Taqwiem, M.Pd. Juga  teman teman yang sudah mendukung penyusunan makalah ini.
Akhir kata,saya berharap makalah ini dapat  bermanfaat dan menambah pengetahuan mengenai aspek aspek puisi “pada suatu hari nanti karya Sapardi Djoko Damono”, bukan hanya untuk diri saya sendiri tapi juga semua orang.


                                                                                     Banjarmasin, 5 Juni 2017
                                               
                                                                                                                  penyusun




BAB I  
PENDAHULUAN


A.LATAR BELAKANG
Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. 

Salah satu hal yang penting untuk menganalis sebuah puisi adalah mengetahui aspek-aspek puisi itu sendiri,aspek-aspek puisi terbagi menjadi unsur intrinsik dan ekstrinsik.yang keduanya akan mempengaruhi makna dalam sebuah puisi.

Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap suatu puisi,makna suatu puisi dapat berbeda tergantung pada bagaimana pembaca melihat puisi dan aspek-aspek itu sendiri.

B.RUMUSAN MASALAH
1.      Unsur apa saya yang termasuk Aspek Fisik dan Aspek Batin
2.      Bagaimana Analisis Terhadap Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono dengan Aspek Fisik dan Aspek Batin

C.TUJUAN
     1. Mengetahui saya yang termasuk Aspek Fisik dan Aspek Batin
     2. Menganalis Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djiko Damono

           

BAB II 
 PEMBAHASAN

Pada suatu hari nanti

Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Karya : Sapardi Djoko Damono

A.  Aspek Batin
  • Tifografi
Pada puisi `pada suatu hari nanti` karya Sapardi Djoko Damono,tipografi yang ditampilkan adalah bentuk ratakiri dan lurus bawah.Puisi itu diberi wajah yangsederhana untuk memperkuat makna yangdisampaikan, yaitu tentang.Tipografi puisi diatas dibentuk oleh tiga bait,yang mana jumlah baris tiap bait berbeda-beda.Pada bait pertama, terdiri atas empat baris yangmana tiap baris mempunyai jumlah kata yangberbeda sehingga menimbulkan tampilan yangtidak rata kana-kiri melainkan hanya rata kirisaja. Pada bait kedua terdiri atas dua baris yangdisusun sama seperti bait sebelumnya. Baitketiga terdiri atas dua baris. Bait ketiga,keempat, dan kelima, masing-masing terdiri atasempat baris yang disusun sama seperti baitsebelumnya.Antara bait satu dan yang lainnyan diberi jeda (spasi). Hal itu sebagai penandaperpindahan bait. Karena mungkin setiap baitmengandung makna yang terpisah.Jumlah baris dalam satu bait berbedabeda.



Demikan juga jumlah kata dalam satu baris jugaberbeda-beda.Hal itu menimbulkan panjangpendeknya tampilan baris.Walaupun baris dibuatrata kiri, namun sebelah kanan terlihat tidakrata (berberaturan). Penampilan yang semacamitu tidak akan membuat pembaca atau penikmatpuisi bosan.
  • Diksi
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 :59).
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang. Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.
  • Majas
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa kiasan yang mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Bahasa figuratif atau majas terdiri dari perbandingan, metafora, perumpamaan epos, dan personifikasi.
Pada puisi ini hanya terdapat majas metafora.Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan.Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Yaitu pada bait I, II, dan III :
I    
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
II 
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
III
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Pada kata-kata tersebut menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu dengan larik, bait dalam saja


·         Citraan
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk mennggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa pembaca.
  1. Imajeri Pandang
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari   
  1. Imajeri Dengar
Suaraku tak terdengar lagi
  1. Imajeri Rasa
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusisati
  • Verifikasi
1)      Rima                                                                            
Rima adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi, unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi, dan juga rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
  • Ritme
    Ritme adalah pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi. Pada puisi ini ritma terdapat pada bait I, II, dan III yaitu pengulangan klausa “Pada suatu hari nanti”.                  
  • Kata Konkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya. Atau dengan kata lain, kata-kata itu


dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti pengimajian, kata yang dikongkretkan juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambing,Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
   
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

Penyair mengiaskan bahwa kehidupan itu disamakan dengan sela-sela huruf pada kata-kata dalam sajak, yang penyair tak lelah atau letih mencari tujuannya.

B.    Struktur Fisik
  • Amanat
Puisi ini secara garis besar berisi tentang harapan-harapan dan keyakinan dari seorang penulis agar kenangan akan dirinya dan karya-karyanya tidak dilupakan oleh waktu dan tetap dibaca oleh semua orang. Sapardi bermaksud memberitahu bahwa pada akhirnya semua manusia akan meninggalkan dunia ini, dan perlahan-lahan akan dilupakan oleh orang lain, dan akhirnya seluruh dunia melupakan mereka yang telah wafat. Seorang manusia mungkin hanyalah debu bagi alam semesta ini, tapi setidaknya, bagi seorang penulis karya sastra, mereka tetap dapat dikenang dan berada di dunia ini dengan karya-karya sastra yang mereka hasilkan.
  • Nada
       Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair pada puisi ini adalah lembut dan hal karena ia menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti ia tidak ada, tapi karya-karyanya aka selalu ada menemani para pembaca.
  • Perasaan
            Perasaan adalah suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh pembaca. Pada puisi ini, penyair merasa sedih karena pada suatu hari nanti ia akan meninggalkan sosok Kau pada puisi ini yang bisa berarti pembaca, tetapi ia pun senang karena walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia tetap menemani dan keberadaannya itu digantikan oleh larik-larik sajak dan kenangan indah semasa hidup.
·        
          Tema
               Tema adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita.Puisi Pada Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono mempunyai tema kesetiaan. Kesetian terhadap Kau yang bisa berarti pembaca, walaupun Aku dalam puisi ini tidak ada, tetapi dia akan tetap setia ada bagi pembaca.

·         Makna Puisi
Dalam puisi Pada Suatu Hari Nanti mengungkapkan keabadian tersebut dengan sangat sederhana mulai dari bait pertama hingga bait ketiga tidak ada yang berubah tentang tema keabadian.

Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-I)

Di baris pertama, menjelaskan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Apa yang terjadi di masa depan itu dijelaskan “Jasadku tak akan ada lagi”. Kehidupan ini dikiaskan dengan kata “jasadku”  dilanjutkan dengan keterangan “tak akan ada lagi” artinya sesuatu yang tak akan kembali. Jadi baris ke-2 menjelaskan tentang kematian.Pada  baris ke-3 dan ke-4 dijelaskan bahwa penulis tidak merelakan kehidupannya terhenti hanya dikarenakan sebuah kematian (takkan kurelakan sendiri), untuk itu penulis menyelipkan kehidupannya di dalam setiap “bait-bait sajak” yang dapat diartikan sebuah karya sastra. Pada suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II)

Pada  di bait kedua dijelaskan bahwa kehidupan tidak akan terhenti hanya dikarenakan kematian. “pada suatu hari nanti” yang menyatakan sesuatu yang masih akan datang. Di baris kedua “suaraku tak terdengar lagi” di bait kedua ini kehidupan dikiaskan dengan kata “suara”. Kehidupan di sini lebih pada tanda kehidupan yang berupa emosi, suara hati, dan apapun yang
bersifat kebatinan. “tak terdengar lagi” yang berarti suara (kehidupan) tadi sudah tidak lagi bisa dirasakan oleh indera, yang berarti kematian.Kemudian di baris ke-3 dan ke-4 pada bait kedua,

tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II, baris ke-3&4)

Menegaskan pengecualian atau penentangan terhadap kematian tersebut, dengan meletakkan kehidupannya dalam setiap “larik-larik sajak”. Di baris ke-4 “kau akan tetap kusiasati” maksudnya yaitu melakukan apapun agar kehidupan tetap hidup dalam karya-karyanya hingga orang-orang yang mencintainya akan selalu merasakan kehadiran jiwa penulis walaupun penulis kelak sudah tiada.

Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III)

Baris pertama masih sama, “Pada suatu hari nanti” menjelaskan tentang apa yang kelak akan terjadi. Pada baris ke-2 “impianku pun tak dikenal lagi” kehidupan disini dilambangkan dengan kata ”impian”. Maksudnya tanda kehidupan yang ditegaskan di sini adalah yang berbentuk keinginan, hasrat, cita-cita. Pada bait  “tak dikenal lagi”, maksudnya manusia tanpa sebuah mimpi sama saja dengan mati.Di baris ke-3 dan ke-4,

Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III, baris ke-3&4)

Menjelaskan bahwa walaupun impiannya (kehidupan) tadi sudah tidak dikenal, namun penulis tetap mencarinya dan berusaha agar kehidupannnya kekal di dalam “sela-sela huruf sajak” yang merupakan kiasan dari karya-karyanya.

Biografi Penyair
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir 20 Maret 1940 di Surakarta) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka.Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam”.
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan.Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award.Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.Karya-karya Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai sekarang telah ada delapan kumpulan puisinya yang diterbitkan.Ia tidak saja menulis puisi, tetapi juga menerjemahkan berbagai karya asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya.Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”).Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.

v  Kumpulan Puisi/Prosa
1.      “Duka-Mu Abadi”, Bandung (1969)
2.      “Lelaki Tua dan Laut” (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)                                           
3.      “Mata Pisau” (1974)
4.       “Sepilihan Sajak George Seferis” (1975; terjemahan karya George Seferis)
5.      “Puisi Klasik Cina” (1976; terjemahan)
6.      “Lirik Klasik Parsi” (1977; terjemahan)
7.      “Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak” (1982, Pustaka Jaya)
8.      “Perahu Kertas” (1983)
9.      “Sihir Hujan” (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
10.  “Water Color Poems” (1986; translated by J.H. McGlynn)
11.  “Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono” (1988; translated by J.H. McGlynn)
12.  “Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
13.  “Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia” (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
14.  “Hujan Bulan Juni” (1994)
15.  “Black Magic Rain” (translated by Harry G Aveling)
16.  “Arloji” (1998)
17.  “Ayat-ayat Api” (2000)
18.  “Pengarang Telah Mati” (2001; kumpulan cerpen)
19.  “Mata Jendela” (2002)
(8)
20.  “Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?” (2002)
21.  “Membunuh Orang Gila” (2003; kumpulan cerpen)
22.  “Nona Koelit Koetjing :Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an – 1910an)” (2005; salah seorang penyusun)
23.  “Mantra Orang Jawa” (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)

vMusikalisasi Puisi
  1. Musikalisasi puisi karya SDD sebetulnya bukan karyanya sendiri, tetapi ia terlibat di dalamnya.
  2. Album “Hujan Bulan Juni” (1990) dari duet Reda dan Ari Malibu.
  3. Album “Hujan Dalam Komposisi” (1996) dari duet Reda dan Ari.
  4. Album “Gadis Kecil” dari duet Dua Ibu
  5. Album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu
  6. satu lagu dari “Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti”, berjudul Aku Ingin, diambil dari sajaknya dengan judul sama, digarap bersama Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana, dibawakan oleh Ratna Octaviani.Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD.
v  Buku
  1. “Sastra Lisan Indonesia” (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
  2. “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan”
  3. “Dimensi Mistik dalam Islam” (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis.
  4. Pustaka Firdaus
  5. “Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia” (2004), salah seorang penulis.
  6. “Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas” (1978).
  7. “Politik ideologi dan sastra hibrida” (1999).
  8. “Pegangan Penelitian Sastra Bandingan” (2005).
  9. “Babad Tanah Jawi” (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).



BAB III
  PENUTUP

 
A.KESIMPULAN
            Aspek puisi terbagi menjadi dua yaitu internal dan ekstrnal.unsur internal terdiri dari Tifografi,Diksi,Majas,Amanat,Verifikasi,Nada,Perasaan,Tema dan Kata Konkret sementara Unsur-unsur Ekstrinsik sendiri terbagi menjadi Biografi Penyair dan Makna Puisi
Menurut analisis dengan aspek-aspek tersebut ,puisi pada suatu hari nanti karya sapardi djoko damono dapat dimaknai Puisi ini secara garis besar berisi tentang harapan-harapan dan keyakinan dari seorang penulis agar kenangan akan dirinya dan karya-karyanya tidak dilupakan oleh waktu dan tetap dibaca oleh semua orang. Sapardi bermaksud memberitahu bahwa pada akhirnya semua manusia akan meninggalkan dunia ini, dan perlahan-lahan akan dilupakan oleh orang lain, dan akhirnya seluruh dunia melupakan mereka yang telah wafat. Seorang manusia mungkin hanyalah debu bagi alam semesta ini, tapi setidaknya, bagi seorang penulis karya sastra, mereka tetap dapat dikenang dan berada di dunia ini dengan karya-karya sastra yang mereka hasilkan.
            Puisi pada suatu hari nanti karya sapardi djoko damono adalah puisi yang cukup inspiratif bagi para pembaca dan bagi para penulis, karena puisi ini memberikan makna mengenai semangat untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu yang dapat membuat manusia tetap dikenang dan diingat oleh orang-orang, memberikan arti untuk selalu bersungguh-sungguh dan janganlah membuang-membuang waktu agar tidak menjadi seseorang yang hanya sekedar menjalani hidup saja, tanpa menghasilkan sesuatu yang membuat kehidupan menjadi bermakna.
B. SARAN
            Sebuah puisi dapat dimaknai dengan banyak sudut pandang dan setiap orang memiliki sudut pandang yang bereda beda,hendaknya kita dapat lebih bijak menyikapi perbedaan pendapat tersebut karena salah satu bahasa yang digunakan dalam puisi sendiri adalah bahasa yang bermakna konotatif atau mempunyai arti yang kias,yang berarti setaip orang memiliki pemikiran baik itu berasal dari pengalamannta terhadap suatu kata maupun terhadap kehidupannya.




DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djiko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Gani, Erizal. 2014. Kiat Pembacaan Puisi. Bandung : Pustaka Reka Cipta.
Wardarita, Ratu. Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia: Yogyakarta : Almatera
Sopandi. 2010. Memahami Puisi. Bogor : PT. Quadra.

Sumber Internet :




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar