Total Tayangan Halaman

Jumat, 18 Januari 2019

CERPEN Apakah di Surga Masih Akan Ada Yang Kedua?


Apakah di Surga Masih Akan Ada Yang Kedua?
Di meja makan kudengar obrolan Tuan dan Nyonya, suara Tuan yang lambat dan suara Nyonya yang lembut. Suara dentingan garpu dan sendok telah berhenti. Suara Anak-Anak yang bercerita tantang sekolah, tentang mainan mereka, tentang janji nonton film diakhir pekan, sudah menghilang. Semua Anak, tiga jumlahnya telah pergi kesekolah, diantar Supir. Sayup, suara Nyonya yang lembut tenggelam, oleh isakan.
Keluarga ini bahagia, seharusnya menjadi lebih bahagia ketika mereka akhirnya bertemu dengan seseorang yang minta dipanggil ahli agama, yang datang setiap malam selasa. Mengajari mengaji dan terjemah ayatnya. Tapi, tidak, sebelumnya tak pernah sekalipun sepanjang Aku bekerja, Nyonya tidak bahagia. Namun kali ini, Nyonya terisak, kufikir tentu saja ada yang rusak, hatinya.
“Bunda dengar sendiri kata Bapak ahli agama kita, Ayah lupa ayat berapa, ayat itu bilang bahwa Suami boleh menikah satu, dua, tiga, empat kali”.
“Tapi Bunda dengar kalau mau menikah lebih dari satu harus adil pada Istri”, Nyonya tercekat, air mata mengalir di pipinya, Ia lalu menghela nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimat yang terpotong. “Istri-istrinya”.
Ku lihat Tuan perlahan beringsut dari bangku nya, ia mengelilingi meja untuk mendekat pada Nyonya, Ia berlutut, barangkali begitulah caranya melamar Nyonya dulu. Kubayangkan saat itu ia berjanji akan membuat Nyonya bahagia selama-lamanya. Tak Nyonya tau bahagia selama-lamanya itu ternyata tidak sepaket dengan menjadi satu-satunya.
“Ada tujuh hari dalam seminggu Bunda, Ayah akan pulang, empat hari Ayah dirumah ini, hanya tiga hari Ayah bersamanya”.
Nyonya diam saja, Tuan kemudian bicara lagi.
“Kalau bengitu terserah bunda, kapanpun Bunda mau, Ayah pulang”.
“Kenapa tidak sekalian biarkan Dia tinggal dirumah ini”.
Ku lihat Nyonya mengapus air matanya, Ia masih sempat melepaskan tangan Tuan dengan lembut, suaranya juga lembut. Ia selalu lembut. Bahkan ketika berdiri dari duduknya, melangkah pergi dari dapur Ia tetap lembut. Tuan yang lambat duduk di bangku tempat Istrinya tadi menangis karenanya. Wajahnya muram, melihat istrinya menangis benar-benar tidak nyaman. Tapi surga memang mahal dan  lebih dari satu baginya memang halal.
Esok harinya ketika kubuka pintu rumah setelah mendengar bunyi bel. Istri Guru mengaji keluarga ini datang. Kami panggil Ia Umi, ku persilahkan Ia masuk dan ku panggil Nyonya di kamarnya. Tuan telah pergi kekantor, Anak-anak sudah pergi sekolah. Ketika kuketuk pintu kamar, Nyonya membuka pintu dengan lambat, Ia melangkah tak kalah lambat, Ia tak bertenya ada apa, Ia bahkan tidak menatap wajahku. Mungkin pertemuan ini telah terjadwal, mungkin tadi malam Ia telah bicara banyak pada Tuan.
Setelah ku letakan dua cangir teh di atas meja, Umi berterima kasih padaku, Nyonya menunduk. Lalu kudengar percakapan mereka diruang tamu, kulihat dari balik lemari kaca yang memisahkan ruang tamu dan tempat ku berdiri.
“Perempuan di istimewakan Anakku”.
Umi menatap wajah Nyonya yang sembab. Tangannya menyentuh punggung tangan Nyonya.
“Tak perlu pergi berperang untuk mendapatkan kunci surga. Perempuan hanya harus merelakan hatinya cemburu. Mulia Anakku, mulia Perempuan yang mau berbagi”.
“Tapi bukan berbagi Suami”.
Kudengar suara itu, bukan lagi suara lembut seperti yang selalu kudengar. Umi menghela nafasnya dalam-dalam. Aku tau Ia mengerti, Aku tau Umi mengerti hancurnya perempuan yang diduakan atas nama ayat tuhan. Mengatakan tidak, menentang agama. Mengatakan Iya, menentang seluruh  isi jiwa. Aku tau itu bahkan ketika aku kecil. Ketika Umi mengangis diam-diam.
“Surga Anakku, di surgalah kita akan hidup selamanya, bukan didunia ini, hanya sebentar Kita berbagi hati. Ratu Anakku, Ratu kita dikehidupan abadi nanti”.
Lalu sunyi yang lama. Mungkinkan Nyonya akan mengiyakan. Mungkinkan Nyonya akan membayar surganya dengan kontan. Mungkinkan Perempuan lembut itu akan menyerahkan dirinya pada permintaan si Tuan yang lambat.
“Apakah di surga masih akan ada yang kedua?”.
Kulihat wajah Umi yang berubah ekspresi, senyum ramahnya yang indah menghilang seketika.
“Jika iya maka maaf, silahkan tawarkan surga itu pada Orang lain, Saya lebih senang menjadi budak bagi diri Saya sendiri dari pada menjadi Ratu bagi Raja dengan seorang, dua, tiga atau empat selir”.
Nyonya lalu berlalu, tanpa basa basi Ia berdiri. Namun, dilangkah ketiga Ia berbalik.
“Rasulullah tidak pernah menjadikan Perempuan perawan madunya. Anda yang bukan Ibu Saya tolong tanyakan ini pada suami Anda, Pernahkah membaca ayat 129? Pernahkan anda memaknai, bukan sekedar mengartikan?”.
Umi tidak sempat mengatakan apapun ketika Nyonya melangkah. Tidak pernah kulihat Ia setegas dan terlihat sekuat itu. Ketika lewat disampingku Ia melangkah cepat, bahunya dan bahuku bertabrakan, Dia sengaja. Ketika itu kuyakini, Ia tidak akan datang kepernikahan Kami, pernikahan Aku dan Tuan. Ia tidak akan melihat kami duduk berdampingan.
Apakah di surga masih akan ada yang kedua? Aku lega. Nyonya tidak mengambil jatah surganya. Akupun takut disurga juga harus menjadi yang kedua. Kini Aku yang pertama. Seseorang yang minta dipanggil ahli agama akan merasa berhasil. Umi akan lega mungkin juga sekaligus luka. Apakah di surga masih akan ada yang kedua? Semoga tidak.



NASKAH DRAMA TITIK BALIK








TITIK BALIK
Tidak akan pernah ada keadilan, kecuali setelah kematian.






                                                                     


PEMAIN
ANANDHITA (MUDA)
Perempuan muda yang tenang, berumur 20 tahun.
AMENA (JUJUR)
Ia wanita berumur 35 tahun yang sedang berada pada masa produktif, dipecat dari pekerjaan nya, ia Marah dan mencintai Negara di waktu yang sama.
GYNAI (WANITA)
Dia ibu muda, 27 tahun, tidak terbiasa dengan pendidikan dan tidak berdaya terhadap banyak hal dalam hidupnya.
HAIN (DENDAM)
Ia adalah Mahasiswi 18 tahun, yang memperjuangkan nasib keluarganya dengan penuh semangat.
ASHA (HARAPAN)
Polos dan tidak perduli.
HAIL (SURGA)
Ia melihat kehidupan dengan cara yang bijaksana.
THAN (DEWI KEMATIAN)
Than adalah ibu dari Ananditha, ia bisu namun penuh ekspresi.
FLIS (KEPUTUSASAAN)
Kasar, kesal, marah, putus asa dan kecewa pada dirinya sendiri.








BABAK I
Lampu hanya menerangi satu orang ditengah-tengah panggung, yang terbaring memeluk diri sendiri seperti bayi.
Suara:Maka sujudlah ia kecuali iblis.
Lampu hidup mati, perlahan gelap.
BABAK II
Panggung hanya disinari cahaya temaram,satu lampu menyala statis,lampu yang lain hidup mati,Ananditha di lemparkan ke dalam ruangan,lampu menyala lebih banyak,cahaya menerangi semua orang yang sudah duduk didalam ruangan,(Menghadap penonton, berbaris dari kanan: Hain memeluk kedua kakinya, Amena duduk dengan sebelah kaki menekuk, Hail duduk bersila, Gynai yang baru datang memeluk anaknya.
AMENA         : Ada orang bersalah baru. (Datang dari gelap kemudian duduk bersila)
ANANDHITA: Saya tidak bersalah! (Menengok kiri kanan,duduk perlahan)
AMENA         : (Tertawa) yang bersalah juga bilang mereka tidak bersalah,(Mengamati Orang-orang disekitar, lalu menunjuk si Hain)hey kamu sini,salah mu apa?bicarakan dengan pendosa baru ini (menunjuk Hain yang duduk dipojok, si Hain mendekat)
HAIN              :Saya tidak salah,mereka lah yang salah sudah menagkap saya.Saya lagi semangat-semangatnya orasi malah disuruh turun,digiring kesini.
AMENA         : Orasi atau mencari sensasi ?
HAIN              :Tentu saja saya berorasi,ada yang mau saya tuntut atas negeri ini,intinya saya tidak bersalah kan?kenapa saya dimasukan kesini?
AMENA         :Lah saya dituduh komunis,gara-gara jualan celurit dan kapak di kantor camat,menurut kamu apa salah saya?
GYNAI          : (Sambil menangis) Saya ditangkap karena anak saya tidak sempat lari saat rusuh tadi,saya kira pasar bukan tempat aparat tangkap-tangkapan. (Memeluk anaknya)
HAIN              : Kenapa anak-anak dimasukan ke sini?bukannya tidak boleh.
AMENA         : Siapa perduli,hal besar saja banyak yang tidak selesai,siapa yang mau urus hal kecil tentang anak kecil ini,ayo ngaku saja kamu kenapa ditangkap?
ANANDHITA: Tanya yang tangkap saya?
GYNAI          : Kenapa hidup ini jahat sekali pada saya (menangis sambil memeluk anaknya)kenapa semua orang tidak adil pada saya.
ASHA             : Mama ini bukan sinetron.
HAIL              : (Berdiri, tertawa sambil menepuk pundak si Ananditha,semua isi sel tertawa kecuali si Gynai) manusia memang seharusnya dinilai oleh manusia lainnya.
AMENA         : Anda kenapa masuk kesini?
HAIL              : Saya dituduh jual agama.
AMENA         : Di tuduh apa sudah terima bayaran?
HAIL              : Mereka bawa saya sebelum saya bicara.
AMENA         : Saya tidak kaget ada orang seperti anda.
HAIL              : Tidak semua yang orang yang anda temui sama seperti saya.
AMENA         : Saya tidak bilang semua orang seperti anda.
HAIL              : Iya,iya itu salah saya.
HAIN              : Berapa harga agama sekarang?
HAIL              : Tergantung siapa yang beli.
HAIN              : Buat apa,bukannya agama itu gratis?
HAIL              : Mahal, Paling tidak modal (Berbisik), kopiah.
HAIN              : (Manggut-manggut) Kaka yakin tidak punya salah?
ANANDHITA: Yakin!
GYNAI          : (Meraung dan menangis sesegukan) hidup saya sudah sangat menderita,majikan saya yang brengsek itu memecat saya setelah menizinahi,(terdiam,menutup kedua telinga anaknya dengan dua telapak tangannya lalu berbisik) saya hamil sendirian,melahirkan tanpa bidan,bekerja ditempat tempat menjijkan,tiap hari melarikan diri dari penangkapan.
ASHA             : Mama aku sudah tau ceritanya (Melepaskan dua telapak tangan ibunya dari
kedua telinganya).
HAIL              : Sekarang dimana ayahnya?anak perlu wali saat kawin.
GYNAI          : Tidak! anak perempuan perlu laki-laki yang mngawininya untuk kawin.
AMENA         : Seperti sekarang saya perlu makanan untuk makan.
HAIN              : Seperti sekarang saya butuh kepastian (menopang wajahnya dengan tangan kiri, semua orang menatap kearah Hain bersamaan,ketika sadar iakembali menegakan kepalanya) kepastian kapan kita dikeluarkan.
AMENA         : Waktu itu,apa yang kamu orasikan?
HAIN              : Tentang hak dan kewajiban.
AMENA         : Apa yang kamu dapatkan?
HAIN              : Perhatian.
AMENA         : Apa cita-cita mu?Bukan ingin membahagiakan kedua orang tua dan memberangkatkan mereka haji kan?
HAIN              : (Menatap Amena) baru saja ingin aku ucapkan.
AMENA         : Itu cita-cita orang yang tidak punya impian (tertawa),tapi itu tidak salah,tidak seharusnya juga impian terlalu tinggi!
AMENA         : Apa yang kamu lakukan sekarang?
HAIN              : Berada dipenjara bersama kalian.
AMENA         : Nanti kalau kau ingin orasi lagi,minta turunkan tiket haji.
HAIN              : Tiket haji murah biasanya menipu.
AMENA         : Jangan berprasangka buruk.
HAIN              : (Orang-orang menatap Amena) Mereka mungkin sudah tobat.
AMENA         : Kau yakin mereka tau tata caranya?
HAIN              : Jangan berprasangka buruk!
AMENA         : Aku tertular.
HAIN              : Atau sudah terbiasa hanya pintar menasehati?
AMENA         : Orang muda tidak tau sopan santun!  (berbisik pada Ananditha)
HAIN              : Orang tua tak pantas dihormati!
HAIL              : (Tertawa nyaring lalu berdiri) Kaum muda dan tua memang sejak dulu kala bertentangan,dunia yang sulit dimengerti.
GYNAI          : Memangnya adadunia mana yang benar-benar kita pahami?
HAIN              : Ada,jika kita bicara pakai hati.
AMENA         : Sayangnya,itu hanya ada pada cerita fiksi.
HAIN              : Kurasa kaumanusia yang tak pernah punya mimpi.
AMENA         : Nampaknya kau tak pernah berdiri di kehidupan yang asli.
GYNAI          : Kita harus berdiri di realitas,tapi tak masalah bermimpi sekali-kali,jangan lama-lama sampai lupa bangun,takutnya seperti aku,terlalu lama tidur,terlalu lama bermimpi,ketika bangun sudah bunting dan ditinggalkan lelaki.
ASHA             : Mama kamu bukan Mario teguh.
GYNAI          : (Berdehem, menatap anak nya) Jadi apa yang membuat orang tua berada dipenjara dan dituduh menjual agama (mendekat ke orang tua,berbisik) memangnya berapa banyak uangnya?
HAIL              : (Tertawa kecil) Tidak terhingga.
GYNAI          : Bagaimana cara mereka mengantarkan bayarannya?
HAIL              : (Menghela nafas) Aku tak pernah melihatnya.
GYNAI          : Aku ingin menjual agamaku juga.
AMENA         : Memangnya kamu pernah punya?
GYNAI          : Aku pernah kegereja,aku penah ke mushola,aku pernah ke bihara,aku punya tiga agama,ku jual satu aku masih punya dua,bagaiamana?
AMENA         : Bagaimana jika kau jual ketiganya? (tertawa)kau jual ketiganya maka jika kau mati tak ada surga  yang terbuka.
HAIL              : Aku punya satu agama, tapi aku bahkan tak tau apakah Tuhan menerimaku dirumahnya,buktinya aku disini sekarang, bukan tempat dimana Tuhan senang berlama-lama.
ANANDHITA: Kudengar Tuhan maha baik.
AMENA         : Dimana kau mendengarnya?
ANANDHITA: Seseorang yang kutemui dikota inilah yang pernah mengatakannya.
HAIL              : Siapa dia?
ANANDHITA: Yang paling aku cintai.
HAIN              : Kau yakin dia juga mencintaimu?
ANANDHITA: Satu-satunya hal yang bahkan tidak kuragukan.
AMENA         : Gambarkan sedikit tentang dia.
ANANDHITA: Tidak ada hal yang bisa menggambarkan tentang nya.
HAIL              : Jangan tertipu, kau merasa begitu karena sedang cinta.
ANANDHITA: Kata-kata itu tidak cocok untuk ku, selamanya yang paling tepat.
AMENA         : (Terbahak) lupakan saja cinta, apa yang kau lakukan dengan cara menilaimu.
ANANDHITA: Aku menilainya dengan hatiku.
HAIN              : Apa bedanya?
ANANDHITA: Jika kau menilai seseorang dengan otakmu,maka akan ada saja yang lebih baik.
GYNAI          : (Bergumam) Maka bergitu cara si brengsek itu menilai wanita.
HAIN              : Kurasa sama saja apa yang otak dan hati lakukan.
ANANDHITA: Ada perbedaan dari menghitung dengan otak dan hati.
GYNAI          : Jelasan saja dengan singkat.
ANANDHITA: Dengan otak kau punya 10,9,8,7,6,5,4,3,2,1,0 dengan hati kau hanya punya 1,satu satunya. (Semua orang mengernyit)
GYNAI          : Seseorang seperti apa yang bisa membuatmu sebegitu cintanya, apa kau Aisyah yang setangah mati cinta pada Fahri.
ASHA             : Mama (Menatap kearah penonton) sepertinya tidak suka Fahri.
AMENA         : Kaum muda suka melakukan hal yang tidak ada gunanya!
HAIN              : Jadi,apa yang kaum tua lakukan?
AMENA         : Menyesali nasib,karena dibuang jauh-jauh setelah tak ada artinya lagi.
ANANDHITA: Siapa dan apa yang mereka lakukan?
AMENA         : Siapa dan apa peduli mu?
GYNAI          : Siapa dan apa kita?
ASHA             : Mama kita tak bernama,aku juga,semua orang tak bernama, percakapan ini tak bermaksud menghidupkan kita, dia mungkin tak benar-benar menginginkan kita.
HAIN              : Apakah dia sang pencipta?
GYNAI          : Apakah penting siapa dia?yang penting adalah apa yang dia tulis tentang kita.
AMENA         : (Berdiri) Persetan dengan siapa dan apa dia itu,persetan juga dengan kehidupan sebentar ini,kehidupan fana yang senja nya katanya bagus,dunia yang katanya senjanya membuat anak muda seperti kalian(menunjuk ke Hain, Anandhita, dan Gynai) ingin memotong lalu mengirimkannya untuk kekasih,persetan dengan dunia yang katanya hujan bulan juninya menyimpan cintanya pada pohon berbunga,persetan dengan dunia yang membuatku berkorban banyak untuk jadi orang baik,mending aku jadi orang jahat saja.
HAIL              : Dan kau akan punya tempat setelah mati,panggangan api.
AMENA         : Setidaknya  aku sudah tau tujuan setelah mati.
HAIL              : Padahal kau bisa ke Surga.
AMENA         : Tempat itu seperti dongeng dikepala ku.
HAIL              : Kenapa tidak kau percaya saja dongeng itu?
AMENA         : Dan ketika sadar aku merasa bodoh (Mendengus lalu tertawa) tidak,aku sudah melakukannya semumur hidupku.
HAIL              : Dan membiarkan dirimu tak punya harapan bahagia setelah mati?
AMENA         : (Terdiam lama) Bagaimana caranya punya kehidupan bahagia setelah mati?kau berbuat baik dan dikecewakan!
HAIL              : Paling tidak aku punya harapan,aku berbuat bukan untuk manusia yang terbiasa mengecewakan, aku berbuat untuk Tuhan yang kupercayai,aku punya harapan atas keadilan,satu-satu yang mungkin ada.
GYNAI          : Jadi kau benar-benar tak menjual agamamu?
HAIL              : Mereka hanya membeli agama yang diperlihatkan didepan wajah orang-orang.
GYNAI          : Kenapa  mereka menuduhmu?
HAIL              : Karena ku bacakan ayat,ketika mereka bertanya tentang politik, tentang perzinahan tentang aurat.
GYNAI          : Apa mereka marah?
HAIL              : Mereka hanya tidak bisa menurunkan ego mereka.
AMENA         : Maka kau disini karena ego mereka?
HAIL              : Begitukah kau juga?
AMENA         : (Merenung,menghela nafas,menunduk).Ku jual palu dan arit dikantor camat setelah mereka copot jabatanku karena ku ancam  mereka tidak akan bisa pulang kerumah setelah kulaporkan seleweng-menyeleweng yang mereka lakukan,tapi mereka lebih cepat,aku dipulangkan tidak hormat.Kujual palu dan arit karena tak punya uang lagi,mereka tangkap aku sebagai komunis,sudah bertahun-tahun kaum terlarang itu dimusnahkan dan aku yang hidup hari ini mereka sangkut pautkan.(Berdiri,menyapu dahi, menangis meyapu pipi) bertahun-tahun aku mengabdi,jujur,tapi mereka telantarkan aku.(Gynai mengusap-usap punggung Amena)
HAIN              : Apakah aku juga seperti kalian?
HAIL              : Coba kau ingat lagi apa yang kau orasikan?
HAIN              : Aku hanya minta  keadilan orang kecil atas batu bara dan intan.
HAIL              : Pemberontak kecil (Terkekeh)
ANANDHITA: Menentang bos.
GYNAI          : Bos tidak suka hartanya menyusut.
HAIN              : Dan ku kira aku sudah menyenangkan orang miskin yang hidupnya tak pernah senang itu.
GYNAI          : Kukira yang kau fikirkan hanya tentang ketenaran
HAIN              : Jika hanya itu yang ku fikirkan,yang kulakukan adalah membuat Vlog di Youtube.
AMENA         : Maka telah ada alasan bagus kenapa kau disini bersama kami.
GYNAI          : Kami?mari kita bicarakan sekali lagi,aku, anak ku dan perempuan pendiam ini tak tau apa salah kami.
HAIN              : Kurasa kau sudah katakan salahmu adalah karena anak ku tak cepat lari.
GYNAI          : Masalahnya kenapa kami dikejar,padahal sudah ku bayar iuran berjualan di jalan sempit,padat,sialan itu.
HAIL              : Ingat-ingat lagi.
GYNAI          : (Menatap lantai, berfikir, menegakan kepala nya), Anak ku tak cepat lari itu benar,masalahnya mungkin berawal dari aku memiliki anak,aku tergoda jabatan dan uang laki-laki kaparat,istrinya tak pernah bisa punya anak,tapi ketika bersama ku tak lama perutku isi,lalu ya….dia buang aku (Meratap) . Katakan padaku apa salahku,siapa tadi yang bilang jika manusia perlu orang lain untuk meniai diri mereka (Nada suara nya meninggi).
HAIN              :Kurasa kau tidak butuh kami untuk tau apa kesalahmu.
GYNAI          : Bagaimana dengan kesalahan laki-laki itu atau kesalahan istrinya hinggaLaki-laki itu memilihku,sempat memilihku.
AMENA         : Anggap saja kesalahanmu adalah melahirkan anak bajingan!
GYNAI          : Anakku tidak bajingan,tapi ayahnya memang begitu,karena itu kah aku disini?
HAIL              : Maka kita sudah ketahui apa yang menyebabkan kita semua disini.
HAIN              : Tidak semuanya,perempuan pendiam ini belum.
ANANDHITA: Tidak perlu.
AMENA         : Paling tidak itu membuatmu merasa adil.
ANANDHITA: Jangan percaya pada keadilan,keadilan dunia (Menatap Hail), orang ingin kamu punya kesalahan,yang seharusnya kita cari adalah kebenaran,bukan kesalahan kita.
AMENA         : Itu lebih sulit dari pada meyakini surga adalah tempat kehidupan keduaku. (Hening)
HAIL              : Kalau kita orang bersalah menurut orang-orang jahat,maka kita bersebrangan dengan mereka, kebenaran yang kita lakukan tetap sebuah kesalahan.
GYNAI          : Jadi tidak ada kemungkinan kita mendapatkan kebaikan.
HAIN              : Berhenti menanyakan yang kau sudah tau jawabannya!
AMENA         : Dan mereka benci orang baik.
HAIN              : Mereka tidak akan mengeluarkan kita.
AMENA         : Kau sudah bisa berbicara realistis. (Mengelus punggung si Hain)
HAIN              : Kalian membangunkanku.
Cahaya di panggung redup, (Musik terdengar) bersama dialog dari arah lorong penonton.
FLIS               : Orang-orang salah mencari kebenaran heh,kudengar mereka membicarakan itu,salah kah apa yang kukatakan,oh…tidak tentu saja aku selalu benar,tidak ada yang punya hak menyalahkanku, (Pada dialog ini Flis bicara pada penonton sambil melangkah ke atas panggung),kalian semua (Menunjuk satu persatu ke enam orang) Mana tadi catatan ku? (Mengambil ponsel pintar dari kantong celananya) sudah kusiarkan tentang kalian,semua orang sudah tau,tidak ada yang perduli lagi kalian benar atau salah,sudah tersebar,yang satu penjual agama,yang satu pemberontak nakal,yang satu komunis bengis,yang satu wanita meyelip hubungan orang.Hahahaha,mana ada yang berpihak pada kalian. Sebentar, kulihat dulu catatanku satu-satu,yang pertama yang paling parah kesalahannya, (Menatap ponsel pintarnya,menatap ke enam orang yang duduk) krik-krik-krik, kenapa sekarang sunyi sekali Hahaha,orang rendahan memang hanya berani bicara dibelakang punggung orang-orang berpangkat, Hahaha,kamu, yang sangat bersemangat,keluar dari sel,mungkin kau bisa pulang dengan lebih cepat dari mereka semua.
HAIN              : Aku akan pulang?
FLIS               : Memangnya kenapa kau harus berada disini?
HAIN              : Kurasa aku benar-benar tidak bersalah.
FLIS               : Kenapa kau berfikir seperti itu?
HAIN              : Karena aku berorasi.
FLIS               : Kenapa kau melakukannya?
HAIN              : Aku (Mengaitkan jari-jemarinya) menuntut hak keluargaku,selama ini yang kami dapatkan hanya limbah.
FLIS               : Keuntungan di bawa pulang bos?
HAIN              : Kami hanya meginginkan sedikit dari itu.
FLIS               : Kau tidak bersalah,kau orang baik.Tapi aku bukan (tertawa terbahak-bahak),ikuti aku sekarang.
HAIN              : (Hain menatap teman-temannya didalam sel,ingin berpamitan)aku berharap kalian juga akan pulang.
FLIS               : Aku tidak menunggu(Flis mengeluarkan pistol dari pinggangnya,menembaknya) Orang jahat membenci orang baik.
(Hain terjatuh kelantai,darah mengalir,panggung senyap)
AMENA         : Tidak sekali aku meliaht dunia semacam ini.
HAIL              : Semoga ia tenang di Surga.
GYNAI          : Surga dari Tuhan manapun (Menangis sesegukan,memeluk anaknya)
FLIS               : Jika memang ada (Tertawa, menarik Amena kedekatnya) kau akan pulang.
AMENA         : Aku tak punya tempat untuk pulang.
HAIL              : Ku beri waktu memikirkannya.
AMENA         : (Bergetar,berlutut) Aku takut tak disambut.
FLIS               : Ku kira Tuhan baik (Melirik Ananditha,tertawa)
AMENA         : (Menatap lantai, berfikir, menatap Flis) Aku percaya, aku percaya tuhan baik.
FLIS               : Tapi aku orang jahat, aku tak suka kebaikan dan Tuhan baik, (Menembak Amena dikepala, Amena terjatuh ke lantai). Sekarang aku ingin Wanita kotor segera pulang (Menarik rambut Gynai,membuatnya berlutut, Gynai meringis), mahluk di bumi yang paling aku sukai adalah wanita,Adam di usir dari surga karna wanita,itu membuatku bangga, tapi hawa kemudian melahirkan lebih banyak manusia,aku mulai membenci wanita. (Berbisik) meski aku wanita.
GYNAI          : Tapi seorang anak tidak akan lahir tanpa laki-laki.
FLIS               : Kenapa Isa ada dibumi (Tertawa)
HAIL              : Agar kita manusia tau bahwa kita tak pernah punya kuasa apapun,Tuhan yang memberi kehidupan,bukan wanita atau laki-laki.
FLIS               :Jadi, kau bilang Tuhan lah yang memberi kerusakan (Menembak Hail di kaki) dan aku tak bertanya padamu (Sementara Hail kesakitam, Flis Menatap Gynai), seorang laki-laki menudirimu tanpa pernikahan,lalu kau melahirkan seorang anak perempuan,aku benci sekali dengan mu.
GYNAI          : Aku melakukannya karena aku benci istri orang itu,ia menyakiti ku.Ia memukuliku,maka ku balas perbuatannya dengan meniduri suaminya.
FLIS               : Bagaiaman kau menjelaskannya  (Manatap Hail,masih menarik rambut Gynai) kudengar Tuhan lah yang akan membalas semua perbuatan manusia,tapi ada manusia yang berani melakukan tugas Tuhan.
HAIL              : Tak semua buah disatu pohon (Menunduk),manis(Menatap Flis).
FLIS               : Maka kita akan buang yang busuk itu (Menembak Gynai, semua orang berteriak, Flis tersenyum miring, lalu menatap Hail), kudengar kalian menbicarakan tentang jual beli agama,agama yang mana?
HAIL              : Agama yang mereka kira membuat orang-orang akan memuji mereka.
FLIS               : Kurasa memang untuk itu agama diciptakan, kan?
HAIL              : Kau tau apa jawabannya.
FLIS               : Aku ingin mendengarnya darimu.
HAIL              : Aku tidak sedang bisa menjelaskannya. (Menunjuk lukanya)
FLIS               : (Tertawa)  Satu pertanyaan saja, untuk apa agama ada?
HAIL              : Agar manusia bahagia.
FLIS               : (Terbahak) Pernahkahkau mendengar tentang sebuah negeri yang mempercayai Tuhan, namun disiasiakan Tuhan,mereka mati dengan tubuh tercerai-berai terkena bom orang lain(Berbicara di samping Hail),luka-luka,berdarah dan babak belur,kurasa mereka tidak bahagia?(Suara meninggi).
HAIL              : Justru mereka lah manusia yang paling bahagia,orang-orang negeri itu tau kemana mereka akan pulang,kemana mereka akan kembali,dunia hanya sebuah tempat kecil tak berumur panjang,(Bicara dengan mata berbinar dan tatapan kosong)Tuhan selalu mengirimkan keajaiban dan kebahagian yang tidak dia berikan pada kita. Ditempat itu perang belum usai namun mereka memiliki hati yang damai, Tuhan selalu merindukan mereka,aku selalu iri.
FLIS               : Tapi kurasa Tuhan tetap saja tidak adil,manusia-manusia yang hidup tak percaya padanya,dia berikan surga,tepat didepan mata mereka.
HAIL              : Karena setelah itu tidak akan ada lagi surga.Surga yang berlangsung selamanya.
FLIS               : (Tertawa) Kau percaya,ada sesutau yang tidak punya surga didepan matanya, dan setelah mati nanti juga tetap tidak punya,(Mendekatkan wajahnya pada Hail yang mulai kehabisan darah dan kewalahan)
HAIL              : Apakah dia ada didepanku sekarang?
FLIS               : Aku sedang tidak bisa menjelaskannya. (Satu tembakan lagi di kepalaHail)
Flis,berjalan dari kiri kekanan panggung,tertawa-tawa,lalu menatap Ananditha dan anak yang sedang menangis
FLIS               : Kenapa kau tidak bertanya kenapa aku membunuh ibumu?
ASHA             : Aku tau.
FLIS               : Apa yang kau tau?
ASHA             : Aku tau.
FLIS               : Aku bertanya apa yang kau tau?
ASHA             : Aku tau,semuanya.
FLIS               : (Mondar-mandir dengan  frustasi)Brengsek,sialan,anak bajingan,aku bertanya padamu,apa yang kau tau?
ASHA             : Aku tau kau tau.
FLIS               : (Berhenti mondar-mandir, mengamati Asha,berputar-putar) Kau tau apa yang aku tau?
ASHA             : Aku tau apa yang kau tau?
FLIS               : (Tertawa terbahak-bahak)Apa yang kau tau dari perempuan pendiam ini?
ASHA             : Apa yang juga kau tau.
FLIS               : Bahwa dia akan mati karena menjadi pengkhianat Negara?
ASHA             : Bahwa dia akan mati menjadi penghianat Negara.
FLIS               : (Tertawa  terbahak-bahak)
ANANDHITA: Aku tidak bersalah atas itu.
FLIS               : (Berhenti mondar-mandir)  apa itu atas itu?
ANANDHITA: Aku tidak mengkhianati Negara.
FLIS               : Apa itu mengkhianati?
ANANDHITA: (Menghela nafas dengan tenang)
FLIS               : (Menggebrak lantai) ku beritahukan sesuatu tentang pengkhianatan,apa yang ku tau dari pengkhianatan,kau memilih yang lain padahal kau bisa berada di tempat yang sudah ada,maka kau pengkhianat,kau pergi untuk hal yang lebih baik,bahwa apa yang kau tinggalkan kau rasa tidak cukup baikuntuk mu,maka kau penghianat.
ANANDHITA: Bagaimana jika aku pergi karena memang tidak ada gunanya?
FLIS               : Itu yang dipikirkan orang bodoh,yang benar adalah kau pergi karena berkhianat.
ANANDHITA: Bagaimana jika aku pergi karena aku di usir?
FLIS               : Kenapa kau tidak bisa bertahan?
ANANDHITA: Tidak ada yang menahanku?
FLIS               : Kenapa kau tidak menahan dirimu?
ANANDHITA: Di tempat lain aku lebih di butuhkan.
FLIS               : Kau pengkhianat.
ANANDHITA: Aku bukan pengkhianat.
FLIS               : Aku pernah menghianati dan dikhianati.
ANANDHITA: Dan bukan aku yang melakukannya.
FLIS               : Kau tetap pengkhianat.
ANANDHITA: Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
FLIS               : Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
ANANDHITA: Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
FLIS               : Aku pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.(Menangis, menutup wajahnya dengan tangan)
ANANDHITA: Kau pergi karena tak dipakai,diusir,dan tak bermanfaat.
FLIS               : (Berteriak histeris sebelum menembak laki-laki di perutnya) Tapi kenapa kau pulang?(Setiap kata-kata penuh penekanan).
ANANDHITA: Karena yang tak menganggapku ada,yang menganggapku tidak ada gunanya,yang mengusirku,adalah apa yang aku cintai,tempat wanita yang aku cintai menungguku sendirian, (Mengeluarkan amplop dari kantong,dengan tangan bergetar menyerahkannya pada anak sambil menangis),aku akan kembali bagaimanapun caranya,selama tempat dan orang yang mencintai dan kucintai itu menerimaku.
FLIS               : Kau tidak sempat dicintai.(Suara nya lemah namun penuh penekanan, sorot mata kosong).
ANANDHITA: Dia tetap mencintaiku,seperti yang kulakukan padanya,dan selamanya dia tau aku mencintainya. (Menggegam amplop ditangan Asha, Asha mengangguk, Flis menatap penonton dengan lemah)
FLIS               : Kau belum pulang?
ANANDHITA: Aku sudah pulang,lalu segera pulang.
FLIS               : Kau tidak akan bisa pulang.
ANANDHITA: Aku sudah ditempat yang kucintai,aku sudah kembali dan akan kembali.
FLIS               : Tidak,kau tidak sempat pulang,kau tidak ingin pulang,kau…(Menatap kearah penonton,mengarahkan pistol ke pelipisnya)aku (menangis dan berteriak kencang,menembak Ananditha sekali lagi hingga mati) aku, tidak punya tempat kembali yang penuh cinta,(Menatap penonton,menangis histeris) aku diusir dari surga(Flis menembak dirinya,jatuh ke lantai, Ashas keluar dari sel,menggengam surat ditangannya yang penuh darah dari Ananditha.
ASHA             : (Berdiri,menggenggam amplop yang berdarah,menatap penonton) aku tidak pulang.
Lampu mati, dalam satu detakan.
BABAK III
Lampu panggung hidup,menerangi satu orang (Asha)
ASHA             : Aku tidak ingin bermain- main dengan kesedihan,kenyataan sudah cukup sedih,kehidupan sudah cukup mengerikan(Asha melangkah kedepan panggung,ketika lampu hidup,ia akan berdiri tepat dibelakang bangku panjang).
Lampu menyala terang,Panggung diisi dengan satu bangku panjang,dikiri dan kanannya ada ranting-ranting yang telah lalu.
ASHA             :Seorang perempuan pendiam, menulis surat atas nama nya,nama nya ANANDHITA (Duduk disamping Than)
THAN                        :(Tersenyum lebar,tampak bersemangat).
ASHA             :Ibu pasti sudah sangat lama menunggu?
THAN                        : Mengangguk.(Berulang kali dan cepat).
ASHA             :Seorang perempuan pendiam, nama nya ANANDHITAmenyuruhku datang padamu dan memberikan sesuatu.
THAN                        : (Menatap Asha,tersenyum kecil dengan wajah keheranan,menerima amplop. Mengangguk kecil berterima kasih, menggenggam tangan Asha,mereka bertatapan, melepaskan genggaman,membuka amplop,membaca,wajah bahagia nya seketika meredup, ia menghapus air mata di pipi nya,menggenggam mawar, menatap Asha, menggeleng, mengambil tangan Asha, menaruh bunga di genggam Asha).
ASHA             : (Mengambil amplop, membacanya,menatap si ibu dengan sedih,lalu berdiri ke tengah panggung meninggalkan Than yang duduk di bangku taman, Lampu untuk Than mati, tersisa lampu yang menerangi Asha, Asha menatap penonton) Maaf kan aku,aku ingin berada disini dan membuat kalian bahagia,tapi bukankah sebuah ceritamemang harus dekat dengan kehidupan yang sebenarnya?aku tidak pandai berdusta.
“Ibu ini anak mu Ananditha, seseorang yang mencintaimu setengah mati, seseorang yang kau cintai sepenuh hati, Ibu aku tidak bisa menemui mu, karena seperti yang kita tau, tidak akan pernah ada keadilan, kecuali setelah kematian”.
1.Setangkai mawar menghitam jatuh dari tangan si Asha. Lampu hidup mati, Lampu mati
2. Bunga jatuh, Asha melangkah pergi dari lingkaran lampu, (Disiapkan kertas yang sudah di bakar yang nanti di terbangkan dengan kipas angin, hingga sampai ke lingkaran lampu, yang terbang bersama bunga layu), lampu hidup mati, lampu mati.
SELESAI









Penulis Naskah dan Sutradara : Lia Fitriani
Dipentaskan pada ujian akhir mata kuliah Drama PBSI FKIP ULM Banjarmasin